Tikta.id - Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur turut serta dalam acara Indonesia Marketing Festival 2024 yang diselenggarakan pada Rabu (21/8), di Aula Ternate ASEEC Tower Universitas Airlangga Surabaya. Pilot Marketing Flying in Turbulence menjadi tema acara yang diselenggarakan di tujuh kota di Indonesia ini, dan Surabaya menjadi kota penutup.
Dalam acara yang dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari sektor pendidikan, pemerintahan, serta masyarakat umum ini, Mohammad Nasih selaku Rektor Universitas Airlangga Surabaya mengatakan bahwa kita harus bisa menjadi pilot yang siap menghadapi berbagai turbulence yang ada dalam hidup kita.
Baca juga: Cegahan Pernikahan Dini Kemenag Jatim Gelar BRUS
“Turbulency yang sama sekali dan sangat sulit diidentifikasi adalah di kehidupan sosial kita, kehidupan sehari-hari kita. Mulai dari soal ekonomi, social, budaya dan seterusnya, ini yang seringkali menjadi sangat sulit untuk diidentifikasi. Karena tidak teridentifikasi, maka masuk ke wilayah itu menjadi sangat-sangat berat kalo kita tidak siap. Sehingga diri kita semuanya harus bersiap untuk bisa menghadapi turbulency yang tentu kejadiannya menjadi sangat sering terjadi di kehidupan kita sehari-hari”, ujar Nasih.
Mewakili Kanwil Kemenag Jawa Timur, hadir dua pemateri yaitu Luluk Farida dan Achmad Faisol Syaifullah yang membahas topik penting mengenai BRUN atau Bimbingan Remaja Usia Nikah.
Dimulai dengan mengenalkan KUA, selanjutnya Luluk Farida Muhtar selaku Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU) dan Achmad Faisol Sayifullah selaku Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya memberikan pemaparan mendalam mengenai Lima Pilar Keluarga Sakinah.
Pilar yang pertama adalah Zawaj yang artinya suami dan istri sama-sama meyakini bahwa dalam perkawinan keduanya adalah berpasangan dan saling melengkapi.
Kedua adalah Mitsaqan Ghalizhan yang artinya memegang perjanjian teguh perkawinan sebagai janji yang kokoh.
Mu’asyarah Bil Ma’ruf sebagai pilar ketiga memiliki makna suami dan istri memperlakukan pasangannya secara bermartabat.
Baca juga: Cegahan Pernikahan Dini Kemenag Jatim Gelar BRUS
Suami dan istri bersama-sama menyelesaikan masalah keluarga melalui Musyawarah, menjadi pilar yang keempat.
Antarodhin, pilar yang kelima bermakna suami dan istri meyakini bahwa ridla Allah pada mereka tergantung ridlo suami/istrinya.
Luluk memaparkan secara mendalam mengenai pentingnya persiapan mental dan spiritual bagi remaja yang memasuki usia pernikahan.
“Di dunia ini tidak ada yang sempurna, tapi kita selalu ingin memperoleh pasangan yang sempurna. Perlu perjuangan untuk memperoleh kesempurnaan, serta perlu komitmen bersama dalam membangun bahtera rumah tangga. Pantaskan dirimu untuk yang sempurna. Semua harus dibicarakan di awal, sehingga harus saling bahagia dan saling membahagiakan," terang Luluk.
Baca juga: Kloter 106 Akhiri Pemberangkatan Jemaah Haji Embarkasi Surabaya
Lanjut Luluk, karakter kita dan pasangan itu berbeda, akan banyak perbedaan, itulah yang bisa menjadi awal muncul turbulency dalam pernikahan. Banyak perubahan juga yang nantinya akan dihadapi selama menjalani kehidupan rumah tangga, seperti kondisi tubuh perempuan saat hamil dan melahirkan, yang pasti berbeda dengan sebelum hamil dan hal-hal lainnya. Maka harus siap lahir dan batin, mental dan spiritual.
Acara ini mendapat sambutan positif dari para peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa dari beberapa universitas yang ada di Surabaya. Peserta merasa bahwa topik yang dibahas sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh remaja saat ini.
Diskusi yang interaktif dan materi yang disampaikan diharapkan dapat memberi wawasan baru serta membekali para remaja dengan pengetahuan yang diperlukam dalam menghadapi kehidupan pernikahan di masa depan.
Editor : Redaksi