SURABAYA - Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Eri Irawan, mengungkapkan penyebab rendahnya minat masyarakat terhadap rumah susun sederhana milik (Rusunami) di Surabaya. Ia menilai, lokasi pembangunan yang berada di pinggiran kota menjadi faktor utama yang membuat hunian vertikal tersebut kurang diminati.
"Rusunami ini ternyata kurang diminati. Penyebab utamanya karena lokasinya jauh. Berbeda dengan di luar negeri, di mana hunian vertikal banyak dibangun di pusat kota. Di Surabaya, baik Pemkot maupun YKP (Yayasan Kas Pembangunan) justru membangun Rusunami di pinggiran," ujar Eri Rabu (15/1).
Baca juga: DPRD Apresiasi Upaya Pemkot Surabaya Dongkrak PAD Melalui Kolaborasi
Eri menegaskan, keberadaan Rusunami di pinggiran kota menyulitkan masyarakat, terutama pekerja yang membutuhkan akses cepat ke pusat kota. Ia menilai Pemkot Surabaya perlu meniru konsep transit-oriented development (TOD) seperti yang diterapkan di Jakarta.
"Contohnya di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta. Di dalam kompleks stasiun ada Rusunami. Itu memudahkan mobilitas penghuni," tegas politisi PDI Perjuangan ini.
Baca juga: Ketua Fraksi PKS Surabaya: Pengajuan Utang Pemkot Harus Sesuai Prosedur
Lebih lanjut, Eri mendorong Pemkot dan YKP untuk berinovasi dengan memanfaatkan aset strategis di tengah kota sebagai lokasi pembangunan Rusunami. Salah satu contohnya adalah aset milik Pemkot di kawasan Ngagel yang sudah mangkrak selama bertahun-tahun.
Eri berharap Pemkot dan YKP segera mengambil langkah konkret untuk menyediakan hunian vertikal yang strategis dan mendukung kebutuhan masyarakat kota.
Baca juga: Pemkot Siapkan Diklat Kebangsaan, Perkuat Semangat Nasionalisme di Lingkungan Birokrasi
"Aset di kawasan IGLAS, Ngagel, itu sudah inkrah sebagai milik Pemkot. Daripada mangkrak, seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pembangunan Rusunami," pungkasnya.
Editor : Redaksi