Kenali, Ini yang Bikin Pikiran Kita Tidak Sehat dan Tersesat Panjang Angan-angan

Reporter : Nita Rosmala
Ilustrasi

Tikta.id - Kita mungkin kurang memahami, ada hal-hal yang menyebabkan pikiran kita kurang sehat. Kurang pahamnya kita bisa jadi karena selama ini tidak sadar dan sudah terbiasa dengan sikap tersebut. Lalu dibawa ketempat kita yang baru, misalnya lingkungan kampus dan pekerjaan.  

Harusnya di tempat baru tersebut, kita terlebih dulu beradaptasi, mengenal karakter orang-orang disekitar, serta memahami keberagaman, kebersamaan tanpa ada pembatasan

Baca juga: Safari Pembinaan Korps Pelaut, Jadi Ajang Komunikasi dan Tukar Pikiran

Lalu, seperti apa Sahabat Tiktakers sikap yang bikin pikiran rusak atau tidak sehat, simak ulasan berikut:

Gengsi

Orang yang mempunyai sikap gengsi  biasnya menganggap orang lain tidak selevel dengan kita. Mengesankan dirinya lebih baik dan sempurna, serta ingin menunjukkan lebih bersahaja, keren, tampil wow, lebih mentereng daripada teman-temannya yang lain. 

Tak jarang orang yang mempunyai sikap gengsi bakal memilih pergaulan, dia lebih berkawan dengan orang  yang setara atau bahkan di atas level dia. Tujuannya, agar dirinya juga dipandang selevel dengan mereka.

Harusnya, dengan semakin canggihnya teknologi, pergaulan sudah tidak mengenal sekat. Semua kalangan bisa berbaur dengan siapa saja untuk menciptakan guyub rukun, gotong royong, sinergitas dan membangun relasi yang kuat.

Maka, alangkah baiknya sikap gengsi harus dihapus dari pikiran kita. Jadilah orang luwes yang bijak memaknai keberagaman dan tak memandang kelas sosial, serta tak perlu malu dengan penampilan kita yang apa adanya.

Memandang Sebelah Mata

Jangan jadikan pikiranmu tidak sehat dengan memandang sebelah mata orang lain karena merasa lebih segalanya, menganggap lebih sukses, strata sosial tinggi, capaian prestasi bahkan punya kedudukan. Sehingga merasa paling segalanya dan lantas meremehkan orang lain. 

Itu tidak baik, justru akan merusak nalar pikiran, sebaiknya kita tetap rendah hati, saling menghormati, berbagi, bangun interaksi yang baik, agar tidak tercipta kesenjangan sosial, utamanya dengan tetangga.

Materialistis

Segala sesuatu tak harus diukur dengan materi, agar hati pikiran tetap jernih. Sebab bila setiap sesuatu yang kita lakukan harus menerima iming-iming atau materi, kapan kita menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain?

Untuk itu, sekali-kali kita perlu mencoba membantu, tetangga, sanak famili, teman tanpa memikirkan imbalan, atau kita mencoba berbagi sesuatu yang kecil penuh keikhlasan agar jiwa menjadi agung.

Suka Menyalahkan Orang

Sering menyalahkan orang lain sudah pasti menganggap kita paling benar. Pemikiran itu sekarang coba kita ubah. Lebih dewasa menyikapi sesuatu, banyak evaluasi diri, tidak lantas sering menyalahkan orang lain agar tidak memercikkan konflik dan mencegah perpecahan. Evaluasi diri sebenarnya itu penting, untuk mengukur tingkat kemampuan kita selama ini dalam berinteraksi dengan orang lain. 

Siapa tahu dari interaksi itu, ada sikap kekanak-kanakan yang tidak disukai dari diri kita. Namun orang tersebut tidak menyampaikan, khawatir menimbulkan rasa tidak senang dan kamu tersinggung.

Kurang Bersyukur 

Apapun pemberian Tuhan baik besar atau kecil kita harus mensyukurinya, dengan bersyukur dapat meningkatkan kualitas keimanan kita, tak gampang mengeluh, khawatir untuk hari esok dan dada kita makin lapang. 

Sebab kita meyakini urusan rezeki dan lainnya sudah diatur oleh Nya. Namun, kita harus bergerak dan mengupayakan keberlangsungan hidup yang lebih layak.

Abai Terhadap Saran

Apapun saran itu, baik dari keluarga, teman sebaiknya kita dengarkan baik-baik. Lantas dijadikan memotivasi kita untuk mengubah diri. Memang saran itu ada yang tidak bisa diterima oleh nalar kita, karena bertentangan dengan ambisi yang kita harapkan. Pasti inginnya kita, saran itu seirama dengan harapan dan keinginan. 

Akan tetapi perlu diingat, orang yang memberikan saran, adakalanya pernah mengalami hal serupa dengan keinginanmu. 

Sehingga dengan pengalamannya itu, ditambah lagi dengan referensi yang kuat, dia memberikan saran yang dianggap tidak sejalan dengan pikiranmu.

Kemudian ditampiknya, padahal itu demi kebaikanmu agar  tidak semakin terjebak oleh ganasnya angan-angan yang seolah-olah selalu menghadirkan keberhasilan. 

Editor : Redaksi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru