Tazza: The High Rollers (2006) Sebuah Dunia di Balik Kartu dan Tipuan

Reporter : Nita Rosmala
Tazza: The High Rollers (2006), tangkapan layar

JAKARTA - Ada sesuatu yang magis dalam cara film ini membuka kisahnya permainan kartu Hwatu yang tampak sederhana, tapi perlahan membawa penontonnya masuk ke dunia yang kelam dan penuh tipu daya. 

Sutradara Choi Dong-hoon, yang juga dikenal lewat “The Thieves” dan “Assassination,” menenun cerita ini bukan hanya soal judi, tapi tentang nafsu, balas dendam, dan ilusi kemenangan.

Baca juga: The Untold Story (1993): Daging, Dosa, dan Misteri yang Tak Pernah Benar-Benar Hilang

Tokoh utamanya, Go-ni (diperankan dengan gemilang oleh Cho Seung-woo), pria desa yang kehilangan seluruh uang keluarganya karena tertipu di meja judi. 

Di titik jatuh itu, ia bertemu seorang penjudi legendaris, Mr. Pyeong, yang melihat potensi besar dalam dirinya. Dari sinilah perjalanan Go-ni dimulai belajar seni menipu, membaca lawan, dan memahami dalam permainan ini, kemenangan bukan soal keberuntungan, melainkan soal siapa yang lebih licik.

Film ini menampilkan dunia underground Korea Selatan dengan detail yang memikat. Lampu remang bar, asap rokok, tumpukan uang, dan tatapan penuh curiga antar pemain menegaskan suasana tegang di setiap adegan. 

Namun di balik hiruk-pikuk perjudian, Tazza juga bicara tentang harga dari ambisi manusia. Bahwa siapa pun yang bermain terlalu lama di meja itu, cepat atau lambat akan kehilangan sesuatu entah uang, cinta, atau dirinya sendiri.

Baca juga: God’s Pocket (2014): Dunia Kecil yang Penuh Dosa dan Diam-Diam Menghakimi

Penampilan Kim Hye-soo sebagai Madame Jeong menambah lapisan sensualitas dan misteri. Ia bukan hanya femme fatale, tapi juga simbol kekuasaan yang lahir dari kelicikan dan pengalaman. Relasi antara Go-ni dan Jeong menjadi poros emosional film: penuh gairah, tapi juga beracun.

Yang membuat Tazza istimewa bukan cuma ceritanya yang berliku, tapi juga bagaimana ia menyorot etos orang-orang kecil yang berjuang di pinggir moralitas. 

Setiap karakter punya alasan sendiri untuk menipu ada yang ingin keluar dari kemiskinan, ada yang sekadar ingin merasa hidup.

Baca juga: Assassination Games: Dua Pembunuh, Satu Target, Satu Dilema

Dengan sinematografi tajam dan dialog yang cepat, film ini berhasil menjaga tempo hingga akhir.

Adegan klimaksnya mengguncang tidak hanya menegangkan, tapi juga meninggalkan kesan getir dalam dunia kartu, tidak ada teman sejati, hanya ada pemain yang belum kalah.

Editor : Redaksi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru