Hari Guru 2025, Lia Istifhama Ajak Kembalikan Keberkahan Ilmu Melalui Adab

Reporter : Anil Rachman
Lia Istifhama

SURABAYA - Dalam suasana peringatan Hari Guru Nasional 2025, Anggota DPD RI Komite III, Lia Istifhama, mengajak seluruh masyarakat untuk kembali meneladani nilai-nilai dasar dalam dunia pendidikan: adab, penghormatan kepada guru, serta kepedulian kepada semua anak didik tanpa kecuali.

Pesan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Thabrani menjadi pengingat indah di tengah cepatnya perubahan zaman: “Pelajarilah ilmu, dan pelajarilah untuk ilmu ketenangan dan sopan santun, serta berendah hatilah kepada orang yang kamu belajar daripadanya.”

Baca juga: STAI Taruna Surabaya Gelar Webiner Internasional, Dorong Pemuda Inovatif di Era Digital

Bagi Ning Lia, pesan tersebut adalah jembatan antara tradisi masa lalu dan pendidikan masa kini. Ia mengenang kisah ayahnya, KH Masykur Hasyim, yang selalu mengajarkan pentingnya restu guru. Baginya, restu dan doa para pendidik adalah ruh yang menyertai perjalanan ilmu seseorang.

“Guru adalah cahaya. Mereka mengantarkan kita memahami dunia, dan dengan adab kita menjaga cahaya itu tetap hidup,” ujar Ning Lia, melalui keterangannya yang diterima, Rabu (26/11)

Sepanjang pengabdiannya sebagai senator Jawa Timur, Ning Lia melihat banyak guru bekerja dengan dedikasi tinggi, namun masih berada dalam kondisi yang belum sepenuhnya aman dan nyaman. Ia menyoroti perlunya perlindungan hukum bagi guru agar mereka dapat mendidik tanpa rasa takut dikriminalisasi hanya karena persoalan administratif.

“Guru seharusnya dapat mengajar dengan tenang. Administrasi yang berlebihan sering kali membuat mereka jauh dari kelas, padahal di sanalah hati mereka berada,” ungkapnya lembut.

Ia pun membagikan pengalaman pribadi ketika pernah kehilangan tunjangan profesi selama 10 bulan di masa Covid akibat sistem administrasi yang belum ideal. Dari sana ia memahami betapa pentingnya perbaikan regulasi yang menyentuh realitas guru di lapangan.

Ning Lia juga memberikan perhatian besar pada pendidikan inklusi. Baginya, inklusi bukan hanya persoalan teknis pendidikan, tetapi bentuk kepekaan sosial dan kemanusiaan.

Baca juga: Lia Apresiasi Kreativitas Siswa SMP Khadijah Surabaya: Gen Z Penggerak Perubahan Lingkungan

“Kita ingin setiap anak, apa pun kondisinya, merasakan bahwa sekolah adalah rumah tempat mereka diterima,” tegasnya

Ia mendorong adanya alokasi BOS khusus untuk sekolah inklusi, agar layanan untuk Anak Berkebutuhan Khusus tidak bergantung pada kemampuan sekolah semata.

Dengan nada yang hangat, Ning Lia juga mengingatkan pentingnya penempatan guru berdasarkan zonasi. Bukan hanya untuk mengurangi risiko perjalanan jauh, tetapi juga agar guru dapat lebih dekat dengan lingkungan tempat siswanya hidup.

“Ketika guru merasa dekat dan menjadi bagian dari komunitas, proses belajar pun tumbuh lebih alami dan saling menguatkan,” ujarnya.

Baca juga: Di Gresik Lia Istifhama Suarakan Hak Anak Berkebutuhan Khusus

Bagi Ning Lia, Hari Guru bukan hanya perayaan, tetapi waktu untuk merenungi kembali fondasi pendidikan bangsa. Pendidikan tidak hanya tentang kecerdasan, tetapi juga tentang karakter, keteladanan, dan hubungan batin antara guru dan murid.

“Ilmu itu cahaya. Dan adab membuat cahaya itu tetap menyinari perjalanan kita,” ucapnya penuh makna.

Ning Lia berharap Indonesia terus bergerak menuju ekosistem pendidikan yang menempatkan guru sebagai pilar peradaban serta memastikan semua anak memiliki ruang tumbuh yang setara.

“Dari tangan para guru, lahir generasi Indonesia Emas—generasi yang berpengetahuan, halus budi pekertinya, dan kuat akhlaknya,” tutupnya.

Editor : Redaksi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru