SURABAYA, Tikta.id - Guna membantu menganalisis risiko kecelakaan kerja dalam perusahaan, Tim Matching Fund (MF) Kedaireka dari kolaborasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Pelindo Terminal Petikemas (TPK) menciptakan inovasi bernama Bandar Safety. Inovasi ini dirancang untuk mengedukasi dan mengintegrasikan berbagai alat bantu seputar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Ketua Tim MF Kedaireka ITS x Pelindo TPK Dr Adithya Sudiarno IDipNEBOSH GradIOSH menjelaskan bahwa inovasi tersebut diawali dari kerja sama ITS dengan Pelindo TPK dan Dewan K3 Provinsi Jawa Timur.
Baca juga: Dies Natalis ke-64, ITS Beri Penghargaan Kepada Presiden Prabowo
“Kolaborasi ini menghasilkan aplikasi berbasis web sebagai layanan untuk meningkatkan budaya keselamatan para stakeholder dan industri lainnya,” tutur dosen Departemen Teknik Sistem dan Industri (DTSI) ITS tersebut.
Bandar Safety memiliki tiga fitur utama untuk mengendalikan potensi bahaya di lingkungan kerja, salah satunya ialah Safety Model Canvas (SMC). Lelaki dengan sapaan Adith ini menerangkan, model pengukuran budaya keselamatan yang telah dikembangkan sejak 2018 tersebut dapat digunakan untuk memahami, menilai, mengevaluasi, dan memberikan saran perbaikan dari kondisi K3 pada suatu perusahaan.
Dalam SMC tersebut, terdapat delapan dimensi dengan lima indikator asesmen pada setiap dimensi untuk mengukur level keselamatan suatu organisasi. Setelah dilakukan pengukuran, fitur ini akan memberikan rekomendasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan level keselamatan.
“Jadi, SMC ini merupakan instrumen untuk mengukur kematangan budaya K3 di suatu perusahaan yang dilengkapi dengan database guna melakukan perbaikan,” jelasnya.
Tak hanya itu, Adith menyampaikan bahwa terdapat fitur bernama ErgoKu sebagai alat bantu ukur potensi bahaya ergonomi yang diadaptasi dari Standar Nasional Indonesia (SNI) 9011 Tahun 2021. Pada dasarnya, fitur ini terbagi menjadi dua jenis survei, yakni Gangguan Otot Rangka Akibat Kerja (Gotrak) dan Ergonomic Risk Factor (ERF).
Baca juga: Lewat Karya Catra Warna Maba, ITS Sukses Catatkan Rekor MURI
Pada survei Gotrak, asesor berfokus pada potensi gangguan otot yang dapat terjadi pada pekerja saat berada di lapangan. Sedangkan, survei ERF lebih berfokus pada analisis risiko ergonomi yang terjadi di lingkungan kerja. Setelah menemukan adanya potensi bahaya, asesor akan menilai tingkat keparahan potensi bahaya guna mengatasi dan menghindari potensi tersebut terjadi.
Fitur terakhir pada Bandar Safety ialah House of Risk for Safety, Health, Environment, etc (HORshe). Fitur ini menjadi salah satu metode alternatif bagi organisasi mengelola manajemen risiko K3. Dengan berbasis spreadsheet, HORshe dirancang untuk memberikan mitigasi serta meminimalisir risiko dengan mengaplikasikan hazard control hierarchy dan model SHELL.
Selain telah terdigitalisasi, Adith menuturkan bahwa penggunaan HORshe akan memudahkan asesor dalam mengidentifikasi potensi bahaya. Hal ini karena proses identifikasi yang dilakukan berdasarkan proses bisnis.
“HORshe pun dapat menggabungkan atau mengaitkan beberapa solusi menjadi satu, sehingga satu solusi dapat menyelesaikan berbagai macam risiko,” ucapnya.
Baca juga: Bantu Jemaah Haji, Mahasiswa ITS Kembangkan Platform Mecca Mate
Web Developer dari Bandar Safety Adi Wira Pratama menyampaikan bahwa ketiga fitur tersebut dapat diakses secara gratis pada situs bandarsafety.com. Dalam situsnya, terdapat pula tutorial mengenai penggunaan fitur pada Bandar Safety dan e-learning seputar K3.
“Bandar Safety sendiri ditujukan untuk seluruh organisasi atau perusahaan yang membutuhkan keselamatan dalam kerja,” papar mahasiswa DTSI ITS angkatan 2021 tersebut.
Melalui kolaborasinya, Bandar Safety juga telah berhasil meraih berbagai penghargaan dari Kaohsiung International Invention and Design Expo (KIIDE) 2023 di Taiwan yang dilaksanakan pada akhir November lalu. Dengan prestasi yang didapatkan, Adi mengungkapkan bahwa inovasi ini akan terus dikembangkan baik dalam hal teknis penggunaan maupun fitur yang ada di dalamnya.
Editor : Redaksi