8 Alasan Mengapa Seseorang Memilih Menjadi Gundik

Reporter : Wahyu Ocktaryza
Ilustrasi

SURABAYA - Kata “gundik” memang penuh stigma. Di media sosial, ia sering muncul sebagai bahan sindiran atau cibiran, seolah menjadi simbol dari kesalahan moral semata. Tapi di balik semua itu, ada cerita yang lebih rumit, lebih dalam, dan lebih manusiawi. Bukan soal membenarkan, tapi mencoba memahami: mengapa ada perempuan yang tetap memilih menjadi “gundik” atau pasangan tidak resmi dari pria yang sudah beristri?

Berikut delapan faktor yang bisa menjadi latar belakang pilihan ini:

Baca juga: Viral Lagi di Media Sosial, Ini Sejarah dan Makna di Balik Istilah ‘Gundik’

1. Keterbatasan Ekonomi

Banyak perempuan yang hidup dalam tekanan ekonomi ekstrem. Ketika pilihan hidup terasa sempit, dan ada tawaran untuk hidup lebih layak meskipun harus berbagi pasangan, sebagian memilih jalan itu. Ini bukan soal tidak punya harga diri, tapi soal bertahan hidup.

2. Relasi Kuasa

Ada kalanya relasi antara laki-laki dan perempuan terbentuk dalam ketimpangan kekuasaan. Misalnya antara atasan dan bawahan, guru dan murid, atau tokoh berpengaruh dan pengagum. Dalam situasi seperti itu, perempuan bisa merasa sulit menolak, bahkan ketika tahu hubungan tersebut akan rumit dan tak setara.

3. Cinta yang Tidak Biasa

Beberapa orang percaya bahwa cinta bisa datang dalam bentuk yang tak ideal. Bagi sebagian perempuan, rasa cinta kepada pria beristri bisa terasa lebih kuat dari logika. Meski terdengar keliru, perasaan tetaplah rumit, dan manusia tidak selalu rasional dalam membuat keputusan emosional.

4. Janji akan Kepastian

Sering kali, laki-laki yang sudah menikah memberi harapan: “Aku akan menceraikannya,” atau “Tunggu sebentar lagi.” Janji-janji ini bisa menjadi tali pengikat yang membuat perempuan bertahan, dengan keyakinan bahwa suatu saat hubungan itu akan menjadi resmi dan sah.

Baca juga: Viral Lagi di Media Sosial, Ini Sejarah dan Makna di Balik Istilah ‘Gundik’

5. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan sosial juga punya peran. Ada yang tumbuh di lingkungan yang memaklumi praktik ini, atau bahkan menjadikannya cara hidup turun-temurun. Dalam situasi semacam itu, menjadi gundik tidak selalu dianggap aib, melainkan semacam strategi hidup.

6. Keinginan Diperhatikan dan Dicintai

Setiap manusia punya kebutuhan dasar untuk dicintai dan diperhatikan. Dalam kondisi tertentu, seorang perempuan bisa merasa lebih dihargai dan dicintai oleh pria yang sudah beristri dibanding yang masih lajang. Kompleks, tapi nyata terjadi.

7. Kurangnya Pendidikan dan Akses Informasi

Baca juga: Ketua Ansor Jatim Sampaikan Pesan Lucu Soal Cinta di Depan Gus Fawait

Tanpa pemahaman yang cukup tentang hak-hak perempuan, struktur sosial, atau bahkan relasi yang sehat, seseorang bisa dengan mudah terjebak dalam hubungan timpang. Pendidikan bukan cuma soal sekolah, tapi juga soal kesadaran diri dan ini tidak semua orang punya kesempatan yang sama.

8. Normalisasi di Budaya Populer

Kita hidup di era di mana kisah cinta gelap, hubungan rahasia, dan cinta terlarang sering diromantisasi lewat film, sinetron, bahkan lagu. Lambat laun, ini membentuk persepsi: bahwa menjadi “yang kedua” bukan lagi sesuatu yang salah, hanya bagian dari narasi cinta yang dramatis.

Gundik bukan hanya soal moral. Di balik pilihan itu, ada banyak sekali pertimbangan personal, sosial, dan struktural yang tidak bisa disamaratakan. Bukan berarti kita harus membenarkan, tapi penting untuk lebih bijak sebelum menghakimi. Karena sering kali, yang terlihat di permukaan tak pernah mewakili seluruh cerita.

Jadi, sebelum kita buru-buru menunjuk dan menyalahkan, mari bertanya dengan jujur: apa yang membuat seseorang rela menjadi rahasia dalam hidup orang lain?

Editor : Redaksi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru