Wisata Kota Lama Surabaya, Pimpinan DPRD Soroti Jalan Mliwis 

Jalan Mliwis di kawasan kota lama Surabaya
Jalan Mliwis di kawasan kota lama Surabaya

Tikta.id - Usai di launching, wisata Kota Lama Surabaya menjadi magnet baru. Kawasan ini selalu ramai, terutama di akhir pekan. Namun, kondisi berbeda terlihat di Jalan Mliwis.

Jalan yang diapit tembok rustic dan gedung antik inj, sangat cocok bagi pejalan kaki yang ingin menikmati eksotika tanpa gangguan lalu lintas kendaraan bermotor, kecuali kendaraan dari gedung seperti Bank Prima dan PTPN X.

Baca Juga: Ratusan Karya Seni Rupa Hadir di ARTSUBS 2024

Namun, kenyamanan ini sering terganggu mobil umum modern yang merusak pemandangan klasik dan membahayakan pejalan kaki. 

Meskipun ada larangan bagi mobil box, mobil modern masih bebas masuk, sehingga mengganggu keselamatan pejalan kaki.

Belum lagi jika malam tiba, puluhan komunitas motor memenuhi gang tersebut. 

Mereka biasa datang diatas jam 11 hingga pukul 3 pagi, yang meresahkan dan membuat ketakutan warga, komunitas-komunitas itu seringkali 'ngetes' knalpot brong nya dari ujung ke ujung jalan mliwis. 

Ricky, Ketua RT setempat, menegaskan, tidak cukup ada petugas patroli. Tapi perlu ada pos bagi petugas di tempat ini. Petugas jangan saja ngepos di Taman Sejarah. 

"Tapi juga di jalan Mliwis karena jalan ini sudah menjadi pangkalan geng motor.” katanya

Terhadap hal itu, Pimpinan DPRD Surabaya AH Thony tutur buka suara. Ia meminta Pemerintah memberikan perhatian serius.

"Di permukaan nampak baik-baik aja, tapi juga ada sisi kenyamanan dan keamanan yang harus dijaga," ucapnya Senin (15/7)

Baca Juga: Kadin Surabaya Dukung “ArtSubs” Pameran Seni Terbesar se Asia

Sekarang kata Thony, gairah Kota Lama sudah menyentuh komunitas-komunitas muda-mudi. 

"Saya membaca dari sisi psikologi emosional, mereka hanya ingin tampil dengan brand komunitas motor nya," ungkap Thony.

"Hanya saja secara sosiologis, ketika muncul karakter perilaku kelompok, muncul nyali melakukan hal-hal yang mereka suka tadi, yang biasanya bertentangan dengan norma-norma di masyarakat, seperti membunyikan kendaraan dengan keras dan menggaung di gang-gang sempit di malam hari," terangnya.

Untuk pencegahaan menurut Thony, pemasangan-pemasangan barier nampaknya kurang solutif.

"Pemerintah harus kembali memberikan edukasi cara menikmati pembangunan dengan etika saling menjaga," kata Thony, tokoh pergerakan, politik sekaligus budayawan kota Surabaya ini.

Baca Juga: KPU Surabaya Gelar Kirab Maskot Pilkada, Pjs Restu: Peserta Pemilih Lebih Banyak dari Tahun Lalu

"Mereka puas dengan suara kendaraannya, tapi ada pihak yang terganggu. Bisa dikendalikan dengan budaya tepo seliro," pesannya.

Namun kata, alumnus Fisip UGM'94 ini, perlu juga dilakukan penjagaan baik oleh satpol PP bekerjasama dengan kepolisian, khususnya pada malam hari.

"Patroli saja tidak cukup, kalau bisa aktifkan penjagaan dan CCTV, sekaligus terapkan e-tilang bagi yang dirasa melanggar," ungkap Thony.

Untuk mobil-mobil yang melintas pada jam padat, Thony minta agar dinas perhubungan segera mencarikan solusi. 

"Bisa lewat pembatasan jam atau yang lain," tandas Thony.

Editor : Redaksi