Gengsi Antara Harga Diri dan Ketakutan Terlihat Kalah

Ilustrasi
Ilustrasi

JAKARTA - Pernahkah kamu merasa harus tampil lebih baik dari yang lain? Atau menolak bantuan hanya karena takut terlihat lemah? Gengsi adalah sesuatu yang melekat dalam diri banyak orang, bahkan mungkin kamu sendiri tanpa sadar pernah mengalaminya.

Tapi apa sebenarnya yang melatarbelakangi sifat ini? Apakah sekadar menjaga harga diri, atau ada sesuatu yang lebih dalam sesuatu yang berkaitan erat dengan kecintaan terhadap duniawi? Berikut ini kami ulaskan Sahabat Tikta

Baca Juga: Cermati, Ego dan Gengsi Musuh dalam Selimut yang Bisa Merusak Hubungan Asmara

Ketakutan Akan Penilaian Orang Lain

Gengsi sering kali lahir dari ketakutan. Kamu takut dianggap kurang sukses, kurang berkelas, atau bahkan kurang mampu dibandingkan orang lain. Ada dorongan untuk selalu terlihat baik di mata sekitar, meskipun kenyataannya mungkin berbeda.

Di dunia yang semakin terhubung secara digital, tekanan ini semakin besar. Media sosial menjadi etalase kehidupan yang seolah harus sempurna. Kamu melihat orang lain pamer pencapaian, gaya hidup, dan kesuksesan—lalu tanpa sadar, muncul keinginan untuk tidak kalah. Dari sinilah gengsi tumbuh, menjadi tameng agar kamu tetap terlihat sejajar atau bahkan lebih unggul.

Kecintaan pada Status dan Pengakuan

Pada dasarnya, gengsi adalah refleksi dari kecintaan terhadap duniawi. Kamu ingin dihormati, dihargai, dan diakui. Bukan hanya oleh orang lain, tapi juga oleh diri sendiri.

Seseorang bisa saja menolak mengakui kesalahan karena gengsi. Tidak mau meminta bantuan karena takut dianggap lemah. Atau bahkan memaksakan gaya hidup yang tidak sesuai kemampuan hanya demi mempertahankan citra.

Baca Juga: Fenomena Sok Mandiri, Antara Manipulasi, Gengsi, dan Tekanan Sosial di Era Modern

Ketika status dan pengakuan menjadi lebih penting dari kenyamanan pribadi, gengsi mengambil alih. Kamu lebih memilih terlihat sukses daripada benar-benar merasa nyaman dengan apa yang dimiliki.

Antara Ambisi dan Beban

Gengsi bisa menjadi pemicu ambisi, tapi juga bisa menjadi beban. Dalam beberapa kasus, ia mendorong kamu untuk bekerja lebih keras, berusaha lebih baik, dan mencapai lebih banyak hal. Tapi di sisi lain, gengsi juga bisa membuat kamu terjebak dalam perlombaan yang tidak ada akhirnya.

Kamu terus mengejar sesuatu bukan karena benar-benar menginginkannya, tapi karena takut terlihat kalah. Dan di titik tertentu, hal ini bisa melelahkan.

Baca Juga: Kenali, Ini yang Bikin Pikiran Kita Tidak Sehat dan Tersesat Panjang Angan-angan

Mengendalikan Gengsi, Bukan Dikuasai Olehnya

Pada akhirnya, gengsi bukan sesuatu yang harus dihilangkan sepenuhnya. Ia bisa menjadi alat untuk mendorong kamu maju, selama tidak berubah menjadi jerat yang membatasi.

Mengenali kapan harus mempertahankan harga diri dan kapan harus merendahkan ego adalah kunci. Tidak ada salahnya mengakui kelemahan, meminta bantuan, atau bahkan menerima bahwa kamu tidak selalu harus berada di atas.

Karena pada akhirnya, penghargaan sejati tidak datang dari seberapa tinggi kamu terlihat di mata orang lain, tetapi dari seberapa damai kamu dengan diri sendiri.

Editor : Redaksi