SURABAYA - Sahabat Tikta, “capek banget hari ini,” “kerjaan numpuk,” atau “belum tidur dari semalam” kalimat-kalimat itu sekarang makin sering kita denger, bahkan jadi semacam badge of honor di kalangan anak muda. Sibuk itu keren, katanya. Produktif tiap detik? Wajib. Tapi pertanyaannya: kita beneran sibuk, atau cuma terjebak gaya hidup hustle culture?
Apa Itu Hustle Culture?
Baca juga: Rapi dan Mahal Nggak Cukup, Ini 5 Detail Outfit yang Sering Jadi Blunder
Hustle culture adalah gaya hidup yang mengagung-agungkan kesibukan dan kerja keras tanpa henti. Prinsipnya: makin padat jadwalmu, makin kamu dianggap sukses. Masalahnya, budaya ini sering bikin orang ngerasa bersalah kalau ‘cuma’ istirahat atau nggak ngapa-ngapain.
Tanda Kamu Terjebak Hustle Culture
• Ngerasa bersalah kalau nggak produktif satu hari aja.
• Sering kerja di luar jam normal, bahkan pas akhir pekan.
• Istirahat pun jadi momen buat “ngurus kerjaan sambil rebahan”.
• Bangga cerita tentang begadang dan kerja tanpa libur.
• Nggak bisa nikmatin waktu santai karena mikirin tugas terus.
Kenapa Hustle Culture Populer?
Baca juga: Haus yang Tak Pernah Hilang: Ketika ‘Cukup’ Tak Pernah Merasa Cukup
Media sosial punya andil besar di sini. Kita sering lihat orang pamer to-do list segunung, atau posting aktivitas yang seolah-olah nonstop produktif. Ditambah lagi, narasi “kerja keras dulu, nikmati nanti” makin menguat. Sayangnya, nggak semua orang sadar kalau itu bisa jadi jebakan yang merusak kesehatan mental dan fisik.
Produktif Boleh, Tapi Harus Waras
Sibuk boleh, tapi jangan sampai lupa bahwa kita juga butuh istirahat. Keseimbangan antara kerja dan hidup pribadi itu penting. Karena percuma kerja mati-matian kalau akhirnya burnout dan kehilangan arah.
Beberapa cara menjaga agar tetap sehat di tengah hustle culture:
• Buat batasan kerja yang jelas (misalnya nggak buka email kerja setelah jam 7 malam).
Baca juga: Hidup Bukan Soal Gengsi, Tapi Peka Terhadap Persoalan Sosial, Ini 8 Tips Agar Hidup Bermanfaat
• Prioritaskan istirahat dan waktu me time.
• Ukur produktivitas dengan kualitas, bukan kuantitas.
• Ingat: hidup nggak harus selalu dikejar. Tetapi butuh di nikmati juga.
Di tengah dunia yang memuja kesibukan, istirahat bisa jadi bentuk perlawanan paling berani. Jadi, sebelum bangga bilang, “hari ini gue kerja 16 jam,” coba tanya lagi: kerja keras ini beneran perlu, atau cuma demi kelihatan ‘berhasil’?
Editor : Redaksi