Ketahanan Pangan dari Pematang Sawah

Reporter : Anil Rachman
Babinsa dan Petugas Penyuluh di Desa Suruh menyatu dalam kerja sunyi para petani, dari musim tanam hingga panen

SIDOARJO – Matahari belum tinggi saat Pelda Abdul Rouf menapaki pematang sawah di Desa Suruh, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo. Di tangan kirinya, sebundel catatan hasil pengamatan musim tanam lalu. Di sebelahnya, Nurul Ana, penyuluh pertanian lapangan dari Dinas Pertanian Kecamatan Sukodono, mengangguk pelan mendengarkan keluhan seorang petani tentang debit air yang tak menentu.

Keduanya memulai pendampingan musim tanam di lahan pertanian warga. Bukan hal baru bagi mereka. Sejak Program Asta Cita digulirkan pemerintah, kegiatan serupa terus diintensifkan. Tapi ada yang berbeda di musim ini. Teknologi mulai masuk ke sawah-sawah yang dulu hanya mengandalkan cuaca dan warisan cara-cara lama.

Baca juga: Hari Ibu Surga, Tangis dan Doa di Lapangan Kecipik, Salim Abdul Rahman: Ibu Adalah Segalanya

“Petani di sini sudah mulai terbiasa dengan sistem irigasi terkontrol dan pemupukan berdasar analisis tanah,” ujar Abdul Rouf, Babinsa dari Koramil 0816/15 Sukodono, yang selama ini dikenal tak hanya menjaga keamanan desa, tapi juga menjadi penggerak pertanian lokal.

Pendampingan dimulai sejak tanah masih belum diolah. Lahan dibersihkan, dibajak secara mekanis, dan disiapkan dengan memperhitungkan komposisi tanah dan kebutuhan nutrisi. Nurul Ana, yang sudah hampir satu dekade mendampingi petani di wilayah ini, memberikan pelatihan penggunaan aplikasi pemantau kelembapan tanah. “Mereka mulai bisa membaca data sendiri. Dari situ, mereka tahu kapan harus menyiram atau memberi pupuk,” katanya.

Baca juga: BRI Sidoarjo Salurkan 3.000 Paket Sembako Sasar Warga Kurang Mampu

Langkah ini sejalan dengan arahan pemerintah pusat untuk mengedepankan pendekatan holistik dalam membangun ketahanan pangan. Tidak hanya menambah produksi, tapi juga memperkuat kemampuan petani dalam mengelola usaha taninya secara mandiri dan berkelanjutan.

Setelah masa tanam, proses pendampingan tak berhenti. Abdul Rouf dan Nurul Ana akan terus memantau perkembangan tanaman, memfasilitasi evaluasi pasca panen, dan merancang langkah untuk masa tanam berikutnya. “Ini bukan kerja satu musim. Kami ingin petani punya daya tahan dan keberanian berinovasi,” ujar Rouf.

Baca juga: Kades Sukodono dan Staf Pemdes Ucapkan Selamat Hari Jadi Sidoarjo ke-166

Di Desa Suruh, lahan sawah bukan sekadar hamparan hijau. Ia adalah ruang hidup dan sumber harapan. Pendampingan seperti ini bukan hanya menyuburkan tanah, tapi juga menumbuhkan semangat petani. Perlahan, pertanian berbasis teknologi mulai menemukan tempatnya. Dan ketahanan pangan—yang sering jadi jargon di kota-kota besar—di sini tumbuh dari lumpur dan kerja kolektif yang tenang.

Editor : Redaksi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru