Napi Berkebun, Urban Farming Warga Binaan Budidaya Kangkung

Warga binaan menanam kangkung dalam program Napo Berkebun
Warga binaan menanam kangkung dalam program Napo Berkebun

JAKARTA - Inovasi pembinaan terus digaungkan oleh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang. Melalui program unggulan bertajuk "Napi Berkebun".

Warga Binaan kini aktif menjalankan urban farming bertani secara produktif dalam lingkungan lapas. Sejak dimulai Oktober 2024, program ini telah sukses membudidayakan kangkung dan berbagai sayuran lainnya.Tak hanya menghasilkan panen sehat, tetapi juga membangkitkan semangat perubahan dibalik jeruji.

Baca Juga: Lapas Cipinang Gandeng Akademisi, Bekali Warga Binaan dengan Ilmu Kewirausahaan Berkelanjutan

Kepala Lapas Cipinang, Wachid Wibowo, menekankan Napi Berkebun merupakan bagian dari pendekatan pembinaan yang menekankan pada aspek kemandirian dan pemberdayaan.

“Program ini bukan sekadar kegiatan bercocok tanam, tetapi juga proses rehabilitasi karakter dan pembangunan keterampilan. Kami ingin Warga Binaan punya bekal konkret untuk mandiri ketika kembali ke masyarakat—bukan hanya bebas secara hukum, tetapi juga siap secara mental dan ekonomi,” tuturnya, Kamis ( 29/5 ).

Dipilihnya kangkung karena siklus panennya cepat dan nilai gizinya tinggi, kangkung menjadi tanaman unggulan. Kandungan vitamin A, C, dan K, serta zat besi, magnesium, dan serat membuat kangkung bermanfaat untuk daya tahan tubuh, pencernaan, hingga pencegahan anemia. 

Dalam 25–30 hari, tanaman ini sudah bisa dipanen, menjadikannya solusi pertanian yang berkelanjutan di lingkungan tertutup seperti lapas.

Baca Juga: Kalapas Cipinang: Pelayanan Publik Harus Profesional, Terbuka, dan Responsif

Hasil panen kangkung di Lapas Cipinang dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan dapur internal, sekaligus menjadi media praktik bagi Warga Binaan dalam membangun keterampilan pertanian yang aplikatif dan bernilai ekonomi.

Daryoko, Kepala Seksi Bimbingan Kerja, menambahkan manfaat program ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga menyentuh aspek psikososial Warga Binaan. 

“Berkebun adalah terapi. Mereka belajar tentang kesabaran, kerja keras, dan rasa tanggung jawab. Ada kepuasan emosional saat melihat benih tumbuh menjadi panen. Ini membantu mereka mengatasi stres dan mengasah semangat untuk berubah,” jelasnya.

Baca Juga: Latucip Band Tampil di Hadapan Menteri, Dapat Apresiasi sebagai Sarana Pembinaan

Senada, salah satu peserta RS (50), Warga Binaan mengaku program ini menjadi titik balik dalam kehidupannya. 

“Awalnya saya hanya ikut-ikutan, tapi saat melihat sendiri proses tumbuhnya tanaman, saya merasa terhubung. Menanam kangkung mengajari saya bahwa semua butuh waktu dan usaha. Saya jadi percaya diri untuk berubah dan punya masa depan setelah keluar nanti,” ungkapnya.

Editor : Redaksi