Tikta.id - Mental petarung, bukan maksudnya orang yang punya nyali besar dan tak pernah takut menghadapi lawan siapapun. Yang dimaksud adalah orang yang punya rencana besar, misalnya membuka usaha. Dan usaha tersebut mulai dibangun dan dikembangkan walau tidak berbekal modal besar, dengan konsep seadanya.
Mungkin yang kita pahami selama ini, banyak orang mengembangkan usahanya disokong modal besar, relasi yang cukup kuat, dan lain sebagainya. Dengan kompleksitas penyokong yang sedemikan rupa itu, ambisi pengusaha menggapai sukses dalam sekejap dianggap sangat mudah
Baca juga: Belajar Bodoamat: Seni Melepaskan Hal-hal yang Tidak Penting
Lalu bagaimana dengan seseorang yang juga punya rencana membangun usaha besar, tapi dengan keterbatasan yang minus, dan ala kadarnya. Tapi dia tidak menyerah dan terus berusaha, sehingga berpotensi meraih sukses yang besar.
Nah untuk menuju sukses yang besar, pasti dibutuhkan jiwa yang kuat atau mental petarung. Sebab mental petarung tidak mudah menyerah, tertempa keadaan, dan selalu berusaha bangkit apabila menuai kegagalan.
Lalu seperti apa sosok jiwa petarung, simak berikut ini ulasannya Sahabat Tiktakers:
Fokus
Orang yang punya mental petarung selalu fokus pada tujuan, tidak mengedepankan ambisi, namun menata pelan-pelan rencana atau usaha yang dibangun. Terlebih, dia sadar kemampuan yang dimiliki saat ini sangat terbatas tanpa modal memadai.
Dia sadar membangun sesuatu terlalu ambisius akan menguras tenaga, pikiran bahkan finansial. Tak hanya itu, bisa jadi membuat setres dan melemahkan semangatnya hingga yang ditata akan berantakan atau bahkan tidak berlanjut.
Maka dengan mental petarungnya itu, sesuatu atau bangunan ditata dengan pelan hingga menemukan waktu yang tepat mengembangkan lebih luas lagi.
Diskusi
Mental petarung tidak hanya cukup dengan ideanya saja, akan tetapi dia banyak mendiskusikan rencananya dengan teman, utamanya yang sangat dia percaya.
Mendiskusikan hal itu, sebenarnya tidak butuh melibatkan banyak teman, cukup satu teman saja sebenarnya sudah jadi motivasi menata rencananya lebih baik ke depan, bahkan dia juga diajak terlibat dalam keinginan besarnya tersebut.
Nah dari hasil diskusi, lantas dijadikan bahan rujukan bagaimana mengkonsep rencana lebih matang, hingga benar-benar terwujud tanpa melupakan peran sertanya.
Konsisten
Mental petarung senantiasa konsisten dengan yang sudah direncanakan, walau terkadang dia harus mengerjakan dengan sendirian. Tapi hal itu bukan suatu rintangan. Sebab tujuan utama adalah fokus mengembangkan rencana besarnya tersebut.
Bahkan dia acuh, bila teman partnernya sudah tidak minat membantunya lagi. Karena dia sadar, dengan membangun dengan kondisi yang terbatas tidak bisa memberikan sesuatu yang wow.
Sehingga ia menyikapinya secara bijak dan tetap ingin membangun hubungan yang baik.
Sabar
Sabar sudah tentu dimiliki seorang mental petarung. Sebab membangun usaha atau rencana pasti butuh proses, tidak langsung berdiri tegak, karena ini bukan dunia sulap. Butuh kesabaran, keseriusan, di tengah kemampuan yang terbatas.
Bahkan kalau pun disertai modal besar, belum tentu akan berjalan mulus, sebab sesuatu yang baru butuh pengenalan yang gencar kepada masyarakat luas, dan bisa jadi tak berjalan mulus.
Maka dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, mental petarung yakin suatu saat rencananya itu akan membuahkan hasil yang maksimal, berbuah manis.
Baca juga: 10 Cara Membangun Ketahanan Diri Meski Berasal dari Keluarga Broken Home
Konsultasi
Untuk mewujudkan rencana atau usahanya itu, mental petarung pasti juga akan konsultasi dengan beberapa orang hebat, melalui jejaring yang dikenalnya.
Sudah pasti tujuannya untuk menyokong rencananya besarnya tersebut, syukur-syukur apa yang dibicarakan bisa disambut dengan baik, kemudian memberikan kucuran dana atau paling tidak referensi untuk memuluskan keinginan besarnya.
Pengalaman pahit
Mental petarung, bisa jadi orang yang pernah punya pengalaman pahit, lalu dijadikan sebagai pengalaman untuk menata kualitas hidupnya lebih baik, secara finansial maupun secara spritual.
Saat ini, sudah tentu mental petarung tidak ingin terjebak lagi dengan kubangan masa lalunya. Maka untuk memuluskan rencana besarnya, dia benar-benar mencari seseorang yang seirama dengan usaha yang digelutinya.
Kenapa demikian, karena dianggap paham dengan plus minus usahanya tersebut. Sehingga bisa saling sinergi secara pemikiran, kebersamaan, saling melengkapi dan termotivasi secara bersama-sama.
Ulet
Ulet juga menjadi bagian dari mental petarung, ia setiap hari selalu berpikir bagaimana usaha atau rencananya bisa meningkat atau naik kelas.
Kalau bisa peningkatan itu secara signifikan, dengan mengemas kreativitas atau produk yang dihasilkan lebih berkualitas setiap harinya.
Baca juga: Tujuh Faktor yang Bikin Kamu Ragu dalam Bersikap untuk Menentukan Pilihan
Paling tidak ada warna atau ciri khas yang kemudian menjadi daya tarik masyarakat luas. Sehingga yang disajikan kian berbobot dan dibutuhkan oleh khalayak umum
Telaten
Mental petarung tetap bergerak dan terus bergerak untuk mewujudkannya usaha atau keinginannya. Dia pasti punya proyeksi ke depannya dan tak harus digembar-gemborkan secara luas.
Misalnya, dalam jangka pendek atau jangka panjang. Walau dilakukan tertatih-tatih dan adakalanya digawangi sendiri. Tapi dia tetap tidak menyerah, telaten, optimis bahwa suatu saat kerja kerasnya bakal menuai kesuksesan.
Tidak Bicara Muluk-muluk
Mental petarung dalam mewujudkan usaha atau rencananya tidak pernah bicara terlalu wow, apalagi di depan orang yang dianggap penting. Tapi jangan salah, kita mengganggap dia pesimis.
Tidak, dibalik semua itu, dia menyimpan keinginan yang kuat, agar rencana atau usahanya menuai sukses. Berbekal doa, konsisten, tekat yang bulat dan berharap segera menemukan partnership sebagai penyokongnya.
Jadi wajar ketika mental petarung tidak berwacana capaian terlebih dulu. Yang terpenting bagi dia eksis secara kontinyu. Tentunya dengan kemasan yang dipoles apik dari tampilan maupun isi. Kemudian, setelah semuanya memungkinkan baru bicara ekspektasi.
Bagaimana menurutmu Sahabat Tiktakers? Apakah kalian menemukan seseorang yang punya mental petarung? Lantas apakah kita tidak punya hasrat memilikinya?
Atau malah membiarkan dia jatuh ke perlakuan orang lain? Atau pun kalau pernah hidup bersama kita, lantas kita tidak menyesal dan tak berupaya mengajaknya rujuk?
Editor : Redaksi