JAKARTA - Agar kita tidak dianggap membual dan dipercaya oleh teman atau lingkungan berinteraksi, tetaplah konsisten dengan sikap atau tindakan kita. Namun, kita juga harus mengakui menjaga konsistensi sangatlah berat.
Begitupula, kita juga tidak boleh menuding seseorang membual. Apalagi cuma berlandaskan subjektif belaka, tapi setidaknya kita bisa menilai seseorang itu membual atau tidak dari sikapnya dalam interaksi bersama kita selama ini.
Baca juga: Belajar Bodoamat: Seni Melepaskan Hal-hal yang Tidak Penting
Berikut ini Sahabat Tiktakers ciri-ciri seseorang yang suka membual, palsu, Tipu-tipu dan lip service:
Pintar Bikin Alasan
Membuat alasan bagi yang pandai bikin cerita palsu sangatlah mudah. Hal itu dilakukan untuk menutupi kesalahannya atau keegoanya atau bahkan ketidak dewasaannya dalam menyikapi suatu persoalan.
Bolehlah mengakui kesalahan dengan meminta maaf, tapi alasan itu jangan dijadikan sebagai pembenar. Misalnya, karena tidak sesuai dengan keinginannya, lalu dibuatlah alasan yang tidak jelas, meskipun alasan itu masuk akal. Tapi setidaknya jangan sering membuat alasan terus-menerus, agar tidak dianggap palsu dan lain sebagainya.
Tidak Konsisten
Sikap membual juga bisa ditunjukkan dari ketidak konsisten seseorang. Misalnya tidak konsistennya tersebut karena sesuatu yang dibangun atau diproyeksikan dianggap tidak menguntungkan pada hari ini. Padahal membangun itu butuh waktu disertai beberapa plaining ke dapan agar suatu saat diharapkan membuahkan hasil.
Nah, bila menilai progresnya saat ini saja, konsistensi itu dipastikan akan pudar, dan untuk membangun bersama itu setengah-setengah. Alhasil plaining itu dikolaborasikan dengan pihak lain, yang bisa dianggap lebih baik progresnya ke belakang hari.
Lihai Pengaruhi Orang Lain
Baca juga: Tips Menjalin Hubungan Baik dengan Mertua: Biar Harmonis Tanpa Drama!
Sikap palsu bisa juga ditunjukkan seseorang untuk mempengararuhi orang lain dengan mengarang cerita tentang seseorang. Cerita itu pasti ada udang di balik batu. Dalam ceritanya, orang lain dicitrakan negatif agar si pendengar terpengaruh, lalu menggiringnya agar terjebak menuruti kehendaknya.
Cerita palsunya itu tiada lain supaya si pendengar beranggapan buruk kepada seseorang itu. Misalnya mempengaruhi agar dia tidak dekat orang dicitrakan buruk tersebut.
Pastinya dia juga akan tersenyum puas ketika si pendengar lambat laun terpapar tuturannya. Sebab tujuannya telah berhasil menghasut untuk menilai negatif tentang orang lain.
Sengaja Menghilang
Suka menghilang kemudian datang di waktu yang tak terduga, bisa jadi karena ada maunya. Sebab dalam berinteraksi atau membangun suatu proyek jangka panjang butuh komunikasi yang intens. Bukan sering hilang tidak ada kabar. Kemudian bila ditanya pasti ada alasan yang dibuat dan menekankan supaya dibenarkan.
Baca juga: Insecure dengan Masa Lalu Pasangan? Ini Cara Menghadapinya!
Citra semacam ini sangatlah tida baik, sebab bisa mempengaruhi kepercayaan orang lain. Orang lain juga bisa menganggap dirimu yang sering menghilang, tidak ada kabar menunjukkan sikap yang membual juga palsu.
Komitmen Ala Kadarnya
Komitmen juga perlu lebih digalakkan agar tujuan awal komunikasi atau apapun bentuknya itu sesuai arah dan tujuan dari awal. Bukan seolah memudarkan komitmen dengan sikap tidak konsisten. Apalagi membiarkan dia berjuang sendiri, dan justru lebih banyak dibantu orang lain dan mereka punya kepedulian berlebih dalam membantunya ketimbang kamu.
Lantas ketika dia lebih mengapresiasi orang yang lebih peduli, kamu menganggap dia tidak bergantung jawab dan dibilang palsu. Harusnya kamu evaluasi dan komunikasikan lebih baik lagi, agar tidak menimbulkan salah sangka, dan pikiranmu tidak selalu subjektif.
Editor : Redaksi