JAKARTA - Film The Villainess (2017) karya sutradara Jung Byung-gil adalah perpaduan sempurna antara aksi brutal dan drama emosional. Mengangkat tema balas dendam, film ini membawa penonton menyelami kisah seorang wanita yang terluka, Sook-hee (diperankan oleh Kim Ok-vin), yang berjuang untuk membebaskan diri dari masa lalunya yang penuh kekerasan. Namun, di balik deretan adegan aksi memukau, film ini menyimpan pesan moral mendalam tentang pilihan hidup, identitas, dan harga diri.
Karakter Sook-hee: Wanita yang Tangguh tapi Rapuh
Baca juga: Mengulas 5 Film Gong Li Antara Kekuasaan, Cinta, dan Pengkhianatan di Layar Lebar
Sook-hee adalah seorang pembunuh terlatih dengan masa kecil yang direnggut oleh kekerasan. Setelah menyaksikan pembunuhan ayahnya, ia direkrut oleh organisasi kriminal dan dibentuk menjadi mesin pembunuh tanpa belas kasihan. Meski begitu, Sook-hee bukanlah karakter hitam putih. Di balik kekejamannya, ia adalah wanita yang mendambakan kebahagiaan dan cinta. Hubungan Sook-hee dengan anak perempuannya dan pengkhianatan dari orang-orang yang ia percaya menyoroti sisi manusiawi dari seorang pembunuh berdarah dingin.
Melalui Sook-hee, penonton diajak untuk merenungkan dampak trauma masa lalu terhadap seseorang. Trauma tersebut mengendalikan hidupnya, hingga ia harus mempertanyakan: apakah hidupnya hanya sebatas alat bagi orang lain, ataukah ia punya kebebasan menentukan jalannya sendiri?
Pilihan dan Kebebasan
Di balik aksi yang memacu adrenalin, The Villainess menyelipkan pesan moral tentang kebebasan memilih. Sook-hee berkali-kali menghadapi dilema: melanjutkan hidup sebagai alat balas dendam atau berjuang untuk masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan anaknya. Film ini seolah ingin mengatakan bahwa meskipun kita dikendalikan oleh masa lalu, selalu ada pilihan untuk membentuk masa depan.
Baca juga: Mengulas 5 Film Gong Li Antara Kekuasaan, Cinta, dan Pengkhianatan di Layar Lebar
Film ini juga menggarisbawahi konsekuensi dari kekerasan yang diwariskan. Lingkaran balas dendam yang tak berujung menghancurkan Sook-hee, tetapi pada akhirnya, ia mencoba menghentikan siklus tersebut demi anaknya. Pilihan ini menggambarkan bahwa pengorbanan dan cinta sejati adalah jalan keluar dari kegelapan.
Sinematografi dan Aksi yang Ikonik
Hal lain yang membuat The Villainess menonjol adalah teknik sinematografinya. Adegan pembuka yang direkam dalam satu take panjang memperlihatkan pertempuran brutal dari sudut pandang orang pertama. Hal ini tidak hanya menciptakan pengalaman visual yang unik tetapi juga menyampaikan intensitas dan kekacauan batin Sook-hee.
Baca juga: Mengulas 5 Film Gong Li Antara Kekuasaan, Cinta, dan Pengkhianatan di Layar Lebar
Namun, di balik semua aksi yang memukau, ada nuansa kesedihan yang tak terelakkan. Jung Byung-gil berhasil menyeimbangkan antara gaya dan substansi, menciptakan film yang tidak hanya memukau mata tetapi juga menyentuh hati.
The Villainess bukan sekadar film aksi dengan adegan perkelahian spektakuler. Film ini adalah potret mendalam tentang perjuangan seorang wanita melawan takdirnya. Lewat karakter Sook-hee, film ini mengingatkan bahwa meskipun hidup penuh luka, harapan untuk memutus lingkaran gelap itu selalu ada. Sebuah karya yang tak hanya memukau secara visual, tetapi juga meninggalkan pesan moral yang menggugah.
Editor : Redaksi