SURABAYA - Ketua PW GP Ansor Jawa Timur, Musaffa Safril, menyoroti ketidakberdayaan petani tembakau di Madura yang kerap tertekan oleh dominasi pabrik besar dalam menentukan harga jual.
“Madura dikenal sebagai lumbung tembakau, tapi ironisnya, kini sulit mencari tembakau terbaik dari daerah sendiri. Petani tidak berdaya karena harga sepenuhnya dikendalikan pabrik-pabrik besar,” tegas Musaffa', Kamis (30/10)
Baca juga: Ketua Ansor Jatim Raih Penghargaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025
Musaffa' mendorong sistem perdagangan yang lebih berpihak pada petani. Upaya ini membuahkan hasil, di mana harga tembakau petani kini meningkat hingga Rp65.000 per kilogram berkat inisiatif pengusaha lokal.
Tak berhenti di situ, ia juga menawarkan solusi untuk mengatasi tantangan baru, maraknya peredaran rokok ilegal.
Baca juga: Refleksi Sumpah Pemuda 2025: Menjaga Kemewahan Terakhir Seorang Pemuda
Oleh sebab itu, Ia mengusulkan dua kebijakan strategis, pertama pembentukan Kawasan Industri, Khusus Tembakau di Madura.
Kedua penerapan Cukai Hasil Tembakau (CHT) Kelas III bagi industri rokok lokal.
Baca juga: PW GP Ansor Jawa Timur Kecam Trans7 atas Narasi Pelecehan terhadap Kiai dan Pesantren
Menurutnya, kebijakan ini krusial untuk memberi ruang bagi pelaku usaha kecil dan menengah agar dapat bersaing secara legal, sekaligus mengangkat perekonomian masyarakat Madura.
"Gagasan ini sejalan dengan perjuangan Asosiasi Pengusaha Tembakau Muda Madura (APTMA) di tingkat DPR RI," tutupnya.
Editor : Redaksi