SURABAYA - Team Bording BEM Ubaya menggelar Seminar Wawasan Kebangsaan dan dan Organisasi Kemahasiswaan bertajuk "Together As 0ne".
Seminar wawasan kebangsaan menghadikan Ketua YPTA (Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945) Surabaya J. Subekti, dan Dia Puspitasari Dosen Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya.
Baca Juga: Inovasi Sederhana untuk Keamanan, Mahasiswa Untag Surabaya Ciptakan Alarm Panik
Acara digelar, di UTC (Ubaya Training Center), 7-8 Desember 2024.
Jennifer Soo Hui En selaku Presiden BEM Ubaya mengatakan, seminar diharapkan mampu memberikan pemahaman terkait penguatan ideologis bagi mahasiswa yang aktif di dalam organisasi kemahasiswaan khususnya BEM Ubaya.
“Bem Ubaya tak luput untuk menyerukan jargon khas Ubaya setiap pembukaan acara, Salam Multikultur yang menggema dengan penuh semangat," katanya.
Ia menambahkan, jargon tersebut merupakan komitmen menjaga persatuan dan keberagaman yang selaras dengan materi kegiatan.
"Dengan menggabungkan wawasan kebangsaan dan team bonding, BEM Ubaya berkomitmen untuk tidak hanya mencetak individu berprestasi, tetapi juga membangun organisasi yang menekankan pentingnya semangat kebangsaan sebagai fondasi membangun kekompakan dalam organisasi.” katanya.
Dia Puspitasari menyampaikan, seluruh pengurus BEM UBAYA didorong memperkuat stock of knowledge dan memperluas jaringan di tataran BEM baik secara regional maupun nasional.
"Hal ini dimaksudkan agar seluruh pengurus BEM UBAYA mampu mengasah critical of thinking mereka dalam menyikapi berbagai problematika yang sedang dihadapi di Bangsa Indonesia." bebernya.
Artinya, urai Ketua Umum Jaringan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia (JMPI) itu, kebermanfaatan atas keberadaan BEM Ubaya mampu dihadirkan dalam masyarakat secara luas.
Apalagi, di bawah komando Presiden BEM UBAYA Jennifer Soo Hui En salah satu perempuan yang mengingatkannya pada kepemimpinan Cory Acuino.
Baca Juga: Empat Dosen Muda Untag Surabaya ikuti Diklat Pancasila di UGM
"Presiden Filipana yang pada saat itu dengan semangat luar biasa mampu memimpin Bangsa dan Negara Filipina mencapai kesejahteraan rakyat, ucap Dia.
Selain itu, beber Dia kepemimpinan sejatinya tidak berjenis kelamin melainkan berdasarkan kompetensi, pengalaman dan integritasnya sebagai calon pemimpin.
Mereka harus mampu membawa organisasi atau instansi dengan kepemimpinan berbasis Pancasila.
"Sehingga visi dan misi tercapai sebagaimana yang diharapkan." papar Dia Puspitasari.
J. Subekti menyampaikan, mahasiswa khususnya Pengurus BEM UBAYA memahami Pancasila secara yuridis, filosofis dan sosiologis.
Baca Juga: Inovasi Mahasiswa Untag Surabaya Adakan Pelatihan dan Pendampingan Packaging Produk di Desa Dilem
Hal ini agar kepemimpinan mahasiswa semakin berkualitas dan mampu melahirkan calon-calon pemimpin Bangsa di Negeri ini.
Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa pentingnya memahami konsep pemimpin, kepemimpinan dan pimpinan di tataran mahasiswa.
"Perbedaan secara substansi pemimpin merujuk pada satu orang atau satu pribadi, kepemimpinan sendiri artinya manajemen atau pengelolaan yang bisa kita maknai sebagai kata sifat dari seorang pemimpin, sedangkan pimpinan merupakan satu, dua bahkan lebih dari tiga orang di dalam satu organisasi/instansi." tuturnya.
Menurutnya, hal ini penting dipahami sebab kepemimpinan berbasis Pancasila di kalangan mahasiswa merupakan langkah konkret untuk menegah pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa agar tidak semakin menurun.
"Artinya, seluruh pengurus BEM menjadi tameng dan penguat ideologi Bangsa Indonesia yaitu Pancasila," ucap Ketua YPTA Surabaya.
Editor : Redaksi