Healing Tiap Minggu, Tapi Mental Tetap Boncos: Ada Apa Sih?

Ilustrasi
Ilustrasi

SURABAYA - Sahabat Tikta, siapa di antara kita yang nggak pernah denger kata “healing”? Di era serba cepat dan penuh tekanan ini, banyak orang berlomba-lomba mencari cara untuk meredakan stres dan menjaga kesehatan mental. Healing tiap minggu, berlibur ke tempat indah, atau hanya melakukan aktivitas yang menyenangkan sering kali dijadikan solusi. Namun, kenapa ya, meski sudah rutin melakukan aktivitas healing, banyak orang merasa mentalnya tetap nggak stabil atau malah semakin down?

Apa Itu Healing Sebenarnya?

Baca Juga: Quarter Life Crisis: Drama Umur 20-an yang Nggak Bisa Di-skip

Sebelum kita lanjut, mari kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan healing. Healing adalah proses penyembuhan atau pemulihan, baik itu fisik maupun mental. Dalam konteks kesehatan mental, healing sering kali dikaitkan dengan usaha untuk meredakan stres, mengatasi masalah emosional, dan menjaga keseimbangan hidup. Banyak orang menganggap bahwa healing berarti melakukan aktivitas yang dapat menyenangkan hati dan mengurangi tekanan, seperti liburan singkat, berkumpul dengan teman, atau bahkan pergi ke tempat yang tenang.

Namun, healing bukan sekadar soal jalan-jalan atau hobi semata. Proses ini sebenarnya lebih dalam dan membutuhkan pemahaman serta waktu untuk benar-benar sembuh dari gangguan mental. Masalahnya, healing yang sering kita lakukan cenderung hanya bersifat sementara dan tidak menyentuh akar permasalahan yang lebih dalam.

Kenapa Healing Tiap Minggu Tapi Mental Tetap Boncos?

Satu hal yang perlu kita pahami adalah healing yang dilakukan secara rutin, namun tidak disertai dengan pemahaman tentang penyebab masalah mental, sering kali tidak efektif. Misalnya, kita sering merasa lelah atau tertekan setelah bekerja seharian dan memilih untuk pergi liburan setiap akhir pekan untuk “melarikan diri” dari masalah. Namun, setelah kembali, perasaan cemas dan stres datang lagi, bahkan lebih kuat. Mengapa demikian?

1. Healing yang Sifatnya Sementara

Seringkali, healing dilakukan hanya untuk menghindari atau melupakan masalah, bukan untuk menyelesaikannya. Berlibur, pergi ke tempat yang menenangkan, atau melakukan aktivitas ringan memang bisa memberi ketenangan sementara, namun itu tidak cukup untuk menyelesaikan masalah mendalam yang memengaruhi kesehatan mental kita.

2. Mengabaikan Akar Masalah

Masalah mental, seperti kecemasan atau depresi, sering kali memiliki akar yang lebih dalam. Jika kita hanya mengandalkan healing dari aktivitas eksternal, tanpa merenung atau mencari tahu penyebab perasaan tersebut, healing yang kita lakukan tidak akan menyentuh inti permasalahan. Sebagai contoh, jika kita merasa stres karena pekerjaan, healing tidak akan efektif jika kita tidak berusaha mengatur beban pekerjaan atau mengatasi penyebab stres tersebut.

3. Kelelahan Emosional yang Terabaikan

Healing juga sering kali dianggap sebagai kegiatan fisik atau rekreasi, padahal kelelahan emosional bisa lebih berbahaya dan sulit diatasi. Bahkan ketika kita meluangkan waktu untuk diri sendiri, perasaan seperti kecemasan, rasa bersalah, atau kelelahan mental tetap ada karena kita belum benar-benar memberikan perhatian pada kesehatan emosional kita.

Baca Juga: Pernah Dikhianati, Kini Kamu Menjadi Pribadi yang Tak Tergoyahkan

Apa yang Harus Dilakukan Agar Healing Lebih Efektif?

Agar healing yang kita lakukan benar-benar efektif, kita perlu memperhatikan beberapa hal:

1. Identifikasi Penyebab Stres atau Masalah Mental

Pertama, kita harus memahami dengan jelas apa yang sebenarnya menjadi akar masalah kita. Apakah itu pekerjaan yang menumpuk, hubungan yang tidak sehat, atau kecemasan tentang masa depan? Menyadari akar masalah akan membantu kita mencari solusi yang lebih tepat.

2. Mengatur Prioritas dan Mengelola Waktu dengan Baik

Jika pekerjaan atau tanggung jawab yang berlebihan menjadi penyebab stres, penting untuk belajar mengatur waktu dan menetapkan prioritas. Mengambil jeda yang cukup untuk diri sendiri, bahkan dalam rutinitas yang padat, sangat penting untuk mencegah kelelahan mental.

Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental di Usia Muda: Cara Tetap Tenang di Tengah Tekanan Hidup

3. Terapi atau Konseling

Selain healing fisik, terapi atau berbicara dengan seorang profesional bisa menjadi cara yang efektif untuk menyelesaikan masalah mental. Seorang terapis dapat membantu kita menggali lebih dalam penyebab kecemasan atau stres, serta memberikan strategi coping yang lebih sehat.

4. Mindfulness dan Refleksi Diri

Healing bukan hanya tentang berlibur atau bersenang-senang, tetapi juga tentang mindfulness dan refleksi diri. Merenung sejenak tentang perasaan, apa yang kita inginkan dalam hidup, dan bagaimana kita bisa mengatasi masalah dengan cara yang lebih sehat adalah langkah penting dalam proses healing.

Jadi, Sahabat Tikta, meski healing memang penting untuk menjaga kesehatan mental, kita juga perlu memastikan bahwa cara kita melakukannya sesuai dengan kebutuhan kita. Healing yang hanya mengandalkan aktivitas sementara atau melupakan masalah tidak akan memberi hasil yang maksimal. Proses penyembuhan mental memerlukan pemahaman, perubahan pola pikir, dan penanganan masalah secara mendalam. Jangan hanya mengandalkan liburan atau aktivitas sekali-sekali, tetapi temukan cara yang lebih efektif dan berkelanjutan untuk merawat kesehatan mental kita.

Editor : Redaksi