Apa Itu Toxic? Penjelasan Lengkap tentang Pengaruh Negatif dalam Kehidupan

Reporter : Wahyu Ocktaryza
Ilustrasi, pixabay

SURABAYA - Pernah nggak sih kamu mendengar atau bahkan merasa ada sesuatu yang "toxic" dalam hidupmu? Istilah "toxic" belakangan sering banget kita dengar, entah itu mengenai hubungan, orang, atau bahkan sikap.

Tapi, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan toxic? Kenapa bisa berdampak buruk bagi kita? Yuk, kita bahas lebih dalam!

Baca juga: Toxic Friendship: Kapan Harus Melepaskan Diri dari Teman yang Merugikan

Apa Itu Toxic?

Secara umum, kata toxic merujuk pada sesuatu yang berbahaya atau merusak. Dalam konteks hubungan dan kehidupan sehari-hari, toxic biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang memberi dampak negatif dan berbahaya bagi kesehatan fisik, mental, atau emosional kita. Ini bisa datang dalam bentuk orang-orang, sikap, lingkungan, atau bahkan pola pikir yang membuat kita merasa tertekan, lelah, dan kurang dihargai.

1. Toxic People (Orang yang Merusak)

Toxic people adalah orang-orang yang membawa pengaruh buruk dalam hidup kita. Mereka bisa berupa teman, pasangan, atau bahkan anggota keluarga. Orang yang toxic sering kali melakukan perilaku atau mengatakan hal-hal yang merendahkan atau membuat kita merasa tidak nyaman.

Ciri-ciri toxic people bisa termasuk:

- Manipulatif: Mereka cenderung mengendalikan orang lain demi keuntungan pribadi.

- Menyalahkan: Mereka jarang mau mengakui kesalahan dan sering menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi.

- Mengkritik secara berlebihan: Mereka memberi kritik yang bisa merusak harga diri kita.

- Memanfaatkan orang lain: Mereka hanya mendekat saat membutuhkan sesuatu, bukan karena peduli.

Toxic people bisa membuat kita merasa tertekan dan tidak pernah cukup baik bagi mereka. Bahkan, mereka bisa mempengaruhi kita secara emosional, membuat kita merasa cemas, marah, atau bahkan bingung.

2. Toxic Relationship (Hubungan yang Beracun)

Ciri-ciri hubungan toxic adalah ketika salah satu pihak merasa dimanipulasi, tidak dihargai, atau tertekan. Dalam hubungan toxic, sering kali ada ketidakseimbangan kekuasaan, kurangnya dukungan emosional, dan bahkan kekerasan verbal atau emosional. 

Beberapa tanda hubungan toxic bisa mencakup:

- Kontrol berlebihan: Salah satu pihak mencoba mengontrol apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh pihak lain.

- Kekerasan emosional atau verbal: Salah satu pihak sering merendahkan atau membuat pihak lain merasa kecil.

- Ketergantungan yang tidak sehat: Salah satu pihak sangat bergantung secara emosional, finansial, atau fisik, sehingga membuat hubungan tidak seimbang.

- Selingkuh atau ketidaksetiaan: Tidak ada rasa saling percaya atau menghormati dalam hubungan.

Hubungan toxic ini bisa sangat merusak, baik secara fisik maupun emosional. Jika tidak segera diatasi, hubungan seperti ini bisa membawa dampak jangka panjang yang sulit dihilangkan.

3. Toxic Positivity (Positif Berlebihan)

Satu lagi yang sering kita dengar adalah toxic positivity. Ini adalah sikap yang mendorong orang untuk selalu berpikir positif, bahkan ketika mereka sedang menghadapi masalah atau kesulitan.

Terkadang, orang yang berpikir "positif" terlalu berlebihan malah membuat orang lain merasa diabaikan. Misalnya, ketika seseorang sedang merasa sedih dan orang lain bilang, "Jangan sedih, pikirkan yang baik-baik aja," tanpa memberi kesempatan untuk merasakan perasaan itu.

Toxic positivity membuat seseorang merasa bahwa perasaan negatif mereka tidak valid dan mereka harus selalu tersenyum atau merasa bahagia, padahal itu tidak selalu mungkin. Padahal, setiap orang perlu waktu untuk merasakan dan mengatasi perasaan mereka sendiri.

4. Toxic Behavior (Perilaku yang Merusak)

Toxic behavior merujuk pada pola perilaku yang merusak dan berbahaya, baik itu dilakukan oleh diri kita sendiri atau orang lain. Ini bisa mencakup sikap yang tidak mendukung, suka menyalahkan, atau bertindak destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain. 

Beberapa contoh perilaku toxic adalah:

- Penyalahgunaan emosional: Membuat orang lain merasa buruk atau tidak berharga dengan cara manipulatif.

- Egois atau narsistik: Mengutamakan kepentingan pribadi tanpa mempedulikan orang lain.

- Kurangnya empati: Tidak bisa memahami atau peduli dengan perasaan orang lain.

- Perilaku pasif-agresif: Mengungkapkan ketidakpuasan dengan cara yang tidak langsung atau membingungkan.

Baca juga: 10 Cara Membangun Ketahanan Diri Meski Berasal dari Keluarga Broken Home

Perilaku toxic ini bisa muncul di mana saja—baik di rumah, tempat kerja, atau dalam pertemanan. Jika dibiarkan terus-menerus, perilaku seperti ini dapat merusak hubungan dan mempengaruhi kualitas hidup kita.

5. Toxic Friendship (Persahabatan yang Beracun)

Persahabatan toxic adalah ketika hubungan pertemanan justru memberikan lebih banyak dampak negatif daripada positif. Dalam persahabatan yang toxic, ada pola saling merugikan, di mana salah satu pihak merasa lebih banyak memberi atau selalu dikendalikan. 

Tanda-tanda persahabatan toxic antara lain:

- Tidak mendukung: Teman yang toxic cenderung tidak memberikan dukungan ketika kamu membutuhkannya.

- Selalu mengkritik: Mereka sering kali mengkritik, merendahkan, atau menyudutkanmu.

- Memanipulasi: Teman toxic sering menggunakan perasaanmu untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

- Selalu merasa cemburu: Mereka merasa iri atau cemburu terhadap kesuksesan atau kebahagiaanmu.

Persahabatan toxic bisa sangat melelahkan, dan sering kali menyebabkan kamu merasa terisolasi atau tidak dihargai. Jika kamu terus bertahan dalam persahabatan seperti ini, bisa jadi kamu kehilangan kebahagiaanmu sendiri.

6. Toxic Environment (Lingkungan yang Beracun)

Lingkungan juga bisa menjadi toxic, lho. Baik itu di tempat kerja, di rumah, atau di komunitas tertentu. Lingkungan toxic sering kali dipenuhi dengan energi negatif, gosip, persaingan tidak sehat, atau bahkan rasa tidak aman. 

Beberapa contoh lingkungan toxic bisa berupa:

- Tempat kerja yang penuh dengan tekanan: Atasan atau rekan kerja yang tidak mendukung, membuatmu merasa stres, atau tidak dihargai.

- Keluarga yang penuh dengan konflik: Ketegangan atau drama yang tidak pernah selesai dan selalu membebani emosi.

- Lingkungan sosial yang penuh persaingan: Ketika setiap orang merasa harus saling bersaing atau merasa tidak cukup baik untuk diterima.

Baca juga: Menguatkan Ikatan: 7 Kunci untuk Membangun Hubungan yang Sehat

Lingkungan toxic membuat kita merasa tidak nyaman dan bahkan bisa mengurangi kualitas hidup kita secara keseluruhan.

Bagaimana Cara Menghadapinya?

Setelah memahami apa itu toxic, mungkin kamu mulai menyadari bahwa ada beberapa aspek dalam hidupmu yang bisa jadi toxic. Nah, berikut adalah beberapa cara untuk menghadapinya:

1. Kenali Tanda-Tanda Toxic

Semakin cepat kita mengenali apakah sesuatu atau seseorang toxic, semakin mudah untuk menghindarinya.

2. Jaga Diri dan Batasan

Jangan takut untuk menjaga jarak atau mengatakan "tidak" pada orang atau situasi yang merugikan.

3. Berbicara Terbuka

Jika merasa ada yang tidak beres, bicarakan masalah tersebut dengan cara yang baik dan terbuka.

4. Cari Dukungan

Jika kamu merasa kesulitan untuk menghadapi toxic, bicarakan dengan orang yang bisa dipercaya, atau pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional.

5. Lepaskan yang Tidak Sehat

Jika kamu merasa hubungan atau lingkungan tertentu tidak bisa diperbaiki, jangan ragu untuk melepaskannya demi kebaikan dirimu sendiri.

Toxic bisa datang dalam berbagai bentuk dari orang, hubungan, hingga lingkungan. Menghadapinya memang tidak mudah, tapi itu adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosionalmu.

Jadi, jangan takut untuk melepaskan hal-hal atau orang-orang yang tidak baik untukmu, Sobat Tikta! Ingat, hidup yang bebas dari toxic memungkinkanmu untuk berkembang dan menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Editor : Redaksi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru