SURABAYA – Setiap 20 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Bukan sekadar seremonial, momen ini menjadi pengingat akan semangat persatuan dan nasionalisme yang tumbuh pada awal abad ke-20.
Ketua Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur, Musaffa Safril mengatakan, tanggal 20 Mei 1908 adalah tonggak sejarah ketika para pemuda mendirikan organisasi Boedi Oetomo di tengah keterjajahan, menjadikan pendidikan dan pemikiran sebagai senjata utama.
Baca juga: Cegah DBD di Permukiman Warga Ansor-Banser Bangsalsari Gencarkan Fogging
"Hari ini kita hidup di zaman yang berbeda, tapi tantangannya tak kalah besar. Digitalisasi yang tak ramah nilai, krisis identitas, hingga jurang kesenjangan akses dan peluang," terangnya, Senin (20/5).
Baca juga: LBH GP Ansor Jatim: Integritas Kepolisian Dipertanyakan dalam Kasus Kematian Alfan
Bagi Ansor Jawa Timur, Hari Kebangkitan Nasional adalah ajakan untuk melanjutkan semangat Boedi Oetomo dalam wajah baru. Lewat pembangunan pusat penggerak pemuda, perluasan akses pendidikan melalui Ansor University, serta penanaman kembali semangat gotong royong di ruang digital dan sosial.
"Kalau dulu kebangkitan dimulai dari STOVIA di Batavia, hari ini kebangkitan bisa lahir dari komunitas kecil di desa, dari ruang kreatif anak muda, kampus, pesantren, hingga kolaborasi di media sosial," ujarnya.
Baca juga: GP Ansor Jatim Dorong Pemberdayaan Kader Akar Rumput lewat Ketahanan Pangan
Musaffa menegaskan, semangat kebangsaan harus terus menyala dan tidak berhenti sebagai kenangan sejarah. "Yang dibutuhkan tetap sama, keberanian untuk peduli, kesadaran untuk bergerak, dan komitmen untuk Indonesia," tutupnya.
Editor : Redaksi