PEMALANG – Di tengah masih banyaknya infrastruktur jalan yang belum tersentuh pembangunan di berbagai pelosok Kabupaten Pemalang, proyek Citywalk tetap direalisasikan meski menelan dana fantastis hingga belasan miliar rupiah. Pengerjaannya dimulai pada 4 Agustus 2025 lalu.
Bupati Pemalang Anom Wiidiyantoro mengatakan, pembangunan Citywalk bertujuan meningkatkan kenyamanan pejalan kaki, mempercantik wajah kota, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui revitalisasi kawasan.
Baca juga: Ini Sikap Politik DPD PKS Pemalang, Pasca Pergantian Pengurus Baru 2025- 20300
“Masyarakat untuk bersabar dan menyesuaikan diri dengan rekayasa lalu lintas yang terjadi selama pembangunan,” kata Anom beberapa waktu lalu.
Proyek yang membentang di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman ini dimulai dari Simpang Gacoan hingga Jalan Kenanga, lalu berlanjut ke kawasan Jogja Mall, Tiptop, dan Pegadaian. Mega proyek ini direncanakan rampung pada pertengahan November 2025.
Namun, dampak pembangunannya sudah mulai dirasakan. Puluhan toko mengalami penurunan omzet, sementara para juru parkir terancam kehilangan pekerjaan. Kalaupun tetap bekerja, penghasilan mereka turun drastis.
“Sejak proyek Citywalk dilaksanakan, kendaraan parkir turun dratis dan itu berpengaruh kepada penghasilan saya,” ujar Roni, juru parkir di sebuah toserba.
Sejumlah warga menyayangkan pembangunan Citywalk, mengingat masih banyak jalan rusak di Kabupaten Pemalang, terutama di daerah pelosok yang belum tersentuh perbaikan. Kritik juga datang dari aktivis Pemalang, Andi Rustono, yang gencar menolak proyek tersebut.
“Saya tidak tertumpu pada soal pengerjaan proyek, teramat dangkal pemikirannya ini soal kebijakan. Apakah tidak ada yang jauh lebih prioritas dibandingkan pembangunan Citywalk?” ungkap Andi, Kamis (14/8).
Baca juga: Kakanwil Ditjenpas Jateng Beri Penguatan Kinerja di Rutan Pemalang
Ia menilai proyek ini bukan kebutuhan mendesak bagi publik.
“Emang kebutuhan yang mendesak? Apakah Citywalk merupakan barometer kemajuan? Apakah para pedagang atau pemilik toko di Jalan Jenderal Sudirman disosialisasikan dengan baik?” imbuhnya dengan nada tinggi.
Andi, yang akrab disapa AR, juga mengkhawatirkan penurunan omzet toko selama pembangunan berlangsung, bahkan potensi PHK massal karyawan.
“Dalam tempo pengerjaan apakah tidak berdampak pada omzet? Apakah pemerintah memikirkan itu? Jika dalam satu bulan ke depan omzet nyungsep, apa yang akan dilakukan oleh owner? Merumahkan atau PHK tanpa pesangon apakah pemkab pernah berpikir?” tutupnya.
Baca juga: Antusiasme Warga Pemalang Membeludak, 2 Ton Beras Murah Ludes dalam 30 Menit
Citywalk adalah fasilitas ruang publik berupa jalur pedestrian atau trotoar lebar yang didesain untuk pejalan kaki dengan konsep estetika, kenyamanan, dan rekreasi. Di kota-kota besar, citywalk menjadi simbol kemajuan tata ruang, namun pembangunannya biasanya mempertimbangkan prioritas kebutuhan masyarakat.
Bagaimana dengan Pemalang? Berdasarkan data Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, anggaran pembangunan Citywalk Pemalang mencapai Rp17,2 miliar angka yang mengejutkan di tengah kondisi infrastruktur jalan kabupaten yang masih banyak rusak dan berlubang di berbagai titik. Warga desa di pelosok masih harus menanggung risiko jalan rusak yang membahayakan pengendara, memperlambat distribusi ekonomi, dan memperburuk konektivitas antarwilayah.
Meski Pemkab Pemalang telah melakukan sejumlah proyek perbaikan jalan, upaya tersebut belum merata dan belum menyelesaikan problem utama transportasi. Pembangunan Citywalk pun dinilai sebagai langkah populis yang hanya mempercantik kota, sementara kebutuhan dasar masyarakat belum sepenuhnya terpenuhi.
Editor : Redaksi