JAKARTA — To the Wonder, karya sutradara Terrence Malick, membawa kita menyelami kehidupan dua pasangan yang kehilangan arah saat cinta berubah menjadi keraguan. Fokus utama berada pada Neil (Ben Affleck), seorang insinyur lingkungan, dan Marina (Olga Kurylenko), mantan penari, yang awalnya merasakan asmara penuh gairah di Paris hingga bawaannya ke Oklahoma, rumah Neil, justru membuat segala sesuatunya retak
Plot & Konflik Batin
Baca Juga: The Lobster Ketika Cinta Menjadi Kewajiban yang Absurd
Diarahkan melalui montase visual dan narasi internal minim dialog, film ini menampilkan kontras antara keindahan alam mont Saint-Michel, ladang Oklahoma dan kehampaan emosi ketika cinta mulai memudar . Saat visa Marina habis, ia kembali ke Prancis; Neil mencoba menjalin hubungan baru dengan Jane (Rachel McAdams), tetapi hatinya tetap kembali kepada Marina .
Karakter & Tema
Neil tampil datar, rumit, dan penuh pergulatan dihaturnya, cinta seolah jadi beban.
Marina mewakili gairah impulsif yang tiba-tiba lenyap di kehidupan yang seragam.
Pastor Quintana (Javier Bardem) menyuarakan keresahan spiritual dan kemanusiaan dalam kesepian hidup Amerika.
Malick mengeksplorasi relasi manusia sebagai medan antara gairah, komitmen, dan spiritualitas sering kali tanpa kata yang jelas, tapi terasa lewat visual dan frame kameranya yang puitis
Gaya Sinematik & Eksekusi
Baca Juga: Untamed Heart (1993) Cinta Tak Terduga di Balik Lapangan Diner
Cinematografer EmmanuelLubezki memanfaatkan magic hour cahaya matahari saat bangkit atau tenggelam untuk memberi kesan magis dan personal, khas Malick
Visual dominan alam, montase, dan narasi internal menggantikan dialog panjang—yang bagi sebagian penonton terasa terlalu ambisius dan kurang grounding.
Refleksi & Pesan
To the Wonder bukan hanya soal cerita cinta yang gagal. Ia lebih menyerupai meditasi visual dan batin atas:
1. Ketidakpastian cinta: ketika hati tergantung pada imajinasi, bukan kenyataan.
Baca Juga: Shiva Baby: Kecemasan Millennial dalam Satu Ruang
2. Pencarian spiritual: yang sering muncul bukan di gereja, tapi lewat alam, kesunyian, dan relasi manusiawi .
3. Kesederhanaan aslinya: tanpa plot dramatis, namun dibangun lewat pengalaman visual yang terasa kena di dada.
Catatan
To the Wonder merupakan film sinematis yang menawarkan pengalaman estetis dan spiritual yang mendalam meski memerlukan kesabaran dan penghayatan ekstra. Jika kamu suka karya Malick sebelumnya seperti The Tree of Life dan siap mencari esensi lewat gambar dan suara, film ini layak jadi pengalaman sekaligus dialog batin.
Editor : Redaksi