JEMBER — Sebuah momen hangat dan tak biasa terjadi dalam acara pelantikan Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Kencong, Senin (5/5), di Pendopo Kabupaten Jember. Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Jawa Timur, H. Musaffa Safril, mencairkan suasana dengan guyonan khasnya yang ditujukan langsung kepada Bupati Jember, Gus Fawait.
Di tengah sambutannya, Safril menyoroti pentingnya peran perempuan, khususnya Muslimat dan Fatayat NU yang hadir dalam acara tersebut. Namun, ia menyampaikannya dengan gaya santai yang mengundang tawa para hadirin.
Baca juga: Bank Jatim Diduga Tahan Ijazah Karyawan, LBH GP Ansor Desak Pemprov Bertindak
“Gus Fawait, hati-hati sama perempuan. Kalau mereka cinta, cintanya bisa sampai mati. Tapi kalau benci, bisa juga dibawa sampai mati,” ucapnya disambut gelak tawa.
Di balik canda itu, tersembunyi pesan mendalam tentang kedalaman emosi seorang perempuan, bahwa cinta mereka bukan sekadar rasa, melainkan kekuatan yang bisa mengubah dunia. Namun jika tersakiti, luka mereka pun bisa menjadi kenangan yang tak mudah padam.
Untuk memperkuat pesannya, Safril mengutip untaian kalimat indah dari khazanah puisi Arab klasik dan modern, di antaranya dari penyair besar Nizar Qabbani:
“Jika perempuan mencintai, cintanya begitu dalam hingga hanya Allah yang tahu.”
Baca juga: PW Ansor Jatim Ajak Pemuda Bangkit dan Jadi Motor Inovasi
“Perempuan ibarat awan: bila mencinta, ia menurunkan hujan kasih; bila murka, mencurahkan pedang dari api.”
Dalam narasi yang puitis, Safril menggambarkan perempuan sebagai keajaiban yang tersembunyi dalam kelembutan. Bahwa di balik senyum mereka, tersimpan samudra cinta yang tak bertepi.
“Bila hatinya disentuh dengan kasih, ia akan menyirami dunia dengan kelembutan tak tergantikan, seperti hujan di tanah gersang yang menumbuhkan harapan. Namun jika dikhianati, ia tak sekadar menjadi badai, ia menyimpan bara dalam diam, menyala hingga waktu tak lagi bernama.”
Baca juga: Harlah Ansor ke-91, Ansor Jatim Rancang Pengkaderan Informal, Sasar di Luar IPNU dan PMII
Ia pun menutup guyonannya dengan pengingat penting:
“Maka dari itu, perempuan harus diperlakukan bukan hanya dengan hormat, tapi juga dengan takzim. Karena dalam dirinya, cinta dan luka sama-sama abadi.”
Momen tersebut menjadi pengingat bahwa gaya komunikasi yang ringan dan penuh kehangatan tetap bisa membawa pesan mendalam tentang penghormatan terhadap perempuan, tentang cinta, tentang keteguhan, dan tentang makna ketulusan yang tak lekang oleh waktu.
Editor : Redaksi