9 Cara Ampuh Menyaring Omongan Orang, Biar Mental Tetap Sehat

Reporter : Nita Rosmala
Ilustrasi

JAKARTA – Tak semua omongan orang lahir dari niat baik. Ada yang murni memberi masukan, ada pula yang hanya melampiaskan rasa iri atau mempermainkan perasaan kita. Kalau tidak hati-hati, pikiran bisa terbebani dan langkah jadi berat. 

Sembilan cara di bawah ini yang bisa membuat Kamu tetap teguh tanpa terseret omongan yang menyesatkan.

Baca juga: Lapas Cipinang Teguhkan Komitmen Integritas Melalui FGD Pembinaan Mental Kepatuhan Internal

1. Tangkap Tujuannya, Bukan Hanya Kalimatnya

Kalimat bisa terdengar manis, tapi tujuannya belum tentu tulus. Ada orang yang menyelipkan sindiran dalam senyum, atau menyisipkan agenda tersembunyi di balik pujian. Jangan hanya mendengar kata-kata, tapi selami maksud yang tersembunyi.

2. Jangan Bawa ke Hati

Tak semua komentar layak menjadi beban. Ingat, kata-kata orang sering lebih banyak bercerita tentang isi kepala dia dibanding siapa diri kita sebenarnya. Membawa semua omongan ke hati hanya akan membuat pikiran penuh sesak.

3. Kenali Siapa yang Bicara

Seorang sahabat lama yang tahu sejarah hidup Kamu mungkin lebih layak didengar ketimbang orang asing atau yang baru dikenal, bahkan media sosial. Menilai kredibilitas dan rekam jejak pembicara adalah kunci untuk memutuskan apakah pendapatnya penting atau hanya riuh tak berarti.

4. Pegang Fakta, Sisihkan Opini

Opini bisa datang dari rasa suka atau benci, sementara fakta berdiri di atas bukti. Saat menerima informasi, pilah mana yang terbukti dan mana yang cuma persepsi. Jangan biarkan opini menjadi racun yang mengaburkan realita.

5. Tahan Diri untuk Merespons Cepat

Baca juga: 5 Keuntungan Perusahaan jika Peduli terhadap Kesehatan Mental Karyawan

Emosi yang meledak sering melahirkan penyesalan. Menunda respons bukan berarti kalah, melainkan memberi ruang bagi pikiran untuk memilah kata. Respons yang matang akan lebih membungkam lawan bicara daripada balasan spontan yang penuh amarah.

6. Pastikan Makna Lewat Tanya-Jawab

Kesalahpahaman sering lahir dari asumsi yang tak pernah diuji. Saat ada yang terasa janggal, bertanyalah. Klarifikasi bukan tanda kelemahan, tapi strategi untuk memastikan pesan yang masuk tidak terdistorsi.

7. Percaya pada Kapasitas Diri

Kepercayaan diri ibarat tameng. Saat Kamu tahu nilai dan kemampuan diri, komentar negatif tak akan menembus dinding mental. Orang lain bisa bicara sesuka hati, tapi kendali atas keyakinan tetap milik Kamu.

Baca juga: Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital: Tantangan dan Solusinya

8. Ambil Pelajaran dari Kritik yang Membangun

Kritik yang disampaikan dengan niat membantu adalah emas yang dibungkus kertas cokelat. Bentuknya tak selalu indah, tapi isinya berharga. Bedakan dengan komentar yang hanya ingin menjatuhkan, karena itu tak layak dipungut.

9. Buat Batas yang Jelas

Membatasi diri bukan berarti menutup diri. Ini soal memilih mana energi yang layak masuk dan mana yang harus dibuang di pintu. Tanpa batas, semua orang bisa masuk ke pikiran Kamu, termasuk dia yang datang dengan maksud buruk.

Dengan sembilan langkah ini, Kamu bisa tetap melangkah tegap tanpa terseret arus omongan yang tak relevan.

Editor : Redaksi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru