Dikelola Mahasiswa Hotel Management PCU, Restoran Nyonya Po Hadirkan Menu Otentik Peranakan Malaysia. Wajib Coba!

Restoran Nyonya Po
Restoran Nyonya Po

SURABAYA, Tikta.id - Nuansa Malaysian Peranakan sangat kental terasa jika kita memasuki Gedung Ferry Teguh Santosa di kampus PCU sejak 1 September 2023 lalu. Nuansa ini memang merupakan tema utama yang diangkat Malaya Group, sebuah mahakarya dari 79 mahasiswa Hotel Management PCU (Petra Christian University).

Bak profesional, 80 mahasiswa itu mengelola manajemen bisnisnya, mulai dari restoran, lounge, hingga hotel yang beroperasi sejak 1 September 2023 lalu di kampus PCU.

Baca Juga: Didiet Maulana Ungkap Makna di Balik "Pesan yang Datang Belakangan"

“Aksi ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah Manajemen Operasional Hotel (MOH). Temanya berbeda tiap tahunnya. Dibuka secara umum dengan didampingi dua dosen pendamping, para mahasiswa ini wajib menjalankan sebuah bisnis mulai dari restoran, lounge hingga hotel di kampus PCU selama kurang lebih masa kerja 54 hari dengan modal awal yang diberikan kurang lebih Rp 80 juta,” urai Deborah C. Widjaja selaku Head of Hotel Management PCU.

Deborah menambahkan, tema kali ini sengaja dipilih untuk memperkenalkan warisan budaya dari perpaduan tradisi yang unik yaitu dari Cina, Melayu, Indonesia, dan beberapa daerah di Asia Tenggara.

Setidaknya ada tiga unit bisnis yang harus dikelola para mahasiswa semester lima itu. Pertama, restoran “Nyonya Po”. Sesuai namanya, Nyonya Po diambil dari salah satu rakyat peranakan yaitu kisah Hang Li Po yang merupakan putri China yang datang ke Malaysia.

Restoran berkonsep semi casual dining yang ada di Gedung Radius Prawiro lantai 2 ini menghadirkan atmosfer peranakan Malaysia, mulai dari makanan, minuman bahkan nuansa dekorasinya. Sehingga para pengunjung yang datang bisa merasakan kenikmatan masakan ala Nyonya Po serta merasakan vibes peranakan saat makan.

Felin Alinsia Kosen selaku General Manager mengatakan jika dari tema Asia Tenggara yang diberikan, menurutnya yang paling unik adalah konsep peranakan Malaysia.

"South East Asia (Asia Tenggara) ini luas, ada Singapore, ada percampuran dari Chinese juga. Tapi yang paling unik menurut saya itu Malaysia. Karena peranakan heritage-nya itu dapet, dan makanannya juga masuk di lidah kita, jadi nggak jauh-jauh banget dari lidah Indonesia yang mana bisa diterima oleh teman-teman di kalangan Petra ini. Bahan-bahan juga lebih mudah untuk kami dapatkan," kata Felin.

Lebih lanjut, Felin merinci ada lima appetizer, dua soup, delapan main course, lima dessert dan 14 beverages yang ada di “Nyonya Po” dengan harga mulai Rp 18.000 hingga Rp 38.000.

“Menu ini bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan menu of the week. Salah satu menu andalan kami yaitu ayam percik dan nasi lemak. Ada pula Hainan Chicken Rice yang masih menjadi favorit dan dicari sampai sekarang. Itu karena kondimennya lengkap, ada wijen dan sausnya juga. Rasa nasi hainannya juga mengingatkan teman-teman pada nasi hainan yang otentik. Mereka merasa santannya dapat, dan rasanya pas," ungkapnya

"Sedangkan untuk beverage-nya kita ada Ais Mangga, es serut berbahan dasar susu, jadi lebih milky rasanya. Ada juga minuman ice persik itu seperti peach tea, ada juga sunset langkawi. Jadi nama minumannya ada yang kita ambil dari nama-nama tempat di Malasyia," lanjutnya.

Felin mengaku selama mengelola restoran Nyonya Po, sejumlah tantangan harus ia hadapi, dimana yang paling utama adalah harus menyatukan rasa masakan karena tiap orang memiliki taste yang berbeda.

Baca Juga: Pertukaran Budaya, Mahasiswa Jepang Ikuti Study Tour di PCU

"Kesulitan kalau soal rasa itu preventif, beda-beda antara tiap orang, ada yang merasa otentik atau kurang strong, jadi untuk menyatukan rasa tiap lidah itu tidak mudah. Kita setiap hari membuka masukan berupa komentar untuk mengoreksi hal-hal tersebut, kurang asin atau kurang manis, tetapi tetap satu resep," ia memaparkan.

Sementara itu, unit bisnis yang kedua yaitu lounge yang diberi nama Bao Jia dengan tema Contemporary Kopitiam. Masih sejalan dengan tema Malaya Group, pengunjung bisa merasakan suasana kopitiam yang hangat dan nyaman untuk berkumpul bersama dengan teman, kolega, kerabat maupun bersama keluarga.

Bao Jia () [pa - o - ci -a] yang berasal dari Bahasa Mandarin dengan arti rumah yang amat bernilai ini menyajikan beragam menu dengan range harga dari Rp 10.000 sampai Rp 175.000. Untuk lokasinya berada di lantai 1 Laboratorium Service dan Bar Gedung Ferry Teguh Santosa. 

“Mulai dari kopi, teh, mocktails hingga cocktails, snack, produk patisserie bakery, serta gelato dengan rasa-rasa yang unik,” terang Felin.

Untuk unit bisnis ketiga, yaitu Malaya Hotel yang mencakup lingkup Room Division, Laundry, dan Front Office dengan tema Melayu Comfortness.

“Berlokasi di Gedung Ferry Teguh Santosa lantai 1-3, kami membawa tema Melayu ke dalam kamar dengan dekorasi-dekorasi melayu,” kata Felin.

Baca Juga: Evolve, Kumpulan Transformasi Mode Karya Mahasiswa di Innofashion Show 2024

Untuk Room Division tersedia empat tipe kamar mulai dari Johor (Suite Room), Terengganu (Deluxe Twin), Kedah (Deluxe Twin), Selangor (Standard King) dan Perlis (Standard Twin). Dengan harga yang beragam dan mudah dijangkau mulai Rp 180.000 hingga Rp 270.000 saja.

Sedangkan untuk layanan laundry melayani cuci kering mulai dari boneka, sepatu, pakaian dan lain-lain dengan range harga mulai Rp 2.000 hingga Rp 65.000.

Sebagai informasi, jam operasional Malaya Group ini dimulai setiap hari Selasa-Sabtu mulai pukul 07.00-18.00 WIB dan berakhir pada 2 Desember 2023 mendatang.

"Kita dilatih untuk operasional dari nol, semua mahasiswa dirolling agar bisa mencoba semua job desk tentang management operasional hotel. Jadi belajarnya dari dua arah yaitu managerial dan operasional," paparnya.

Felin menambahkan, nantinya semua pendapatan dari Malaya Group ini akan dikembalikan ke kampus untuk kepentingan operasional seperti listrik dan lain-lain. Sementara keuntungannya dibagi secara sharing profit pada 18 orang management dan 61 operasional.

“Mendapatkan kepercayaan menjalankan bisnis bersama teman-teman dalam MOH ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. Sebagai seorang leader, saya harus berupaya mengatur tak hanya diri saya sendiri tapi teman-teman lainnya agar bisnis ini mampu menghasilkan profit,” tutup Felin.

Editor : Redaksi