Melukis Wayang Ala Dosen PCU, Wujud Bangga Budaya Nusantara

Maria S. G. Poetiray, dosen Interior Design PCU dengan karya lukisan Pertunjukan Seni Wayang Jawa
Maria S. G. Poetiray, dosen Interior Design PCU dengan karya lukisan Pertunjukan Seni Wayang Jawa

SURABAYA,Tikta.id - Masa perkuliahan telah mencapai puncak semester. Ini artinya, saatnya menunjukkan hasil dari apa yang telah dipelajari. Di antaranya seperti yang dilakukan oleh para mahasiswa Interior Design PCU (Petra Christian University) dengan memamerkan berbagai karya produk desain interior yang terpajang dalam IDE+: Interior Design Exhibition 2023.

Kaprodi Interior Design PCU, Dr. Laksmi Kusuma Wardani menjelaskan bahwa pameran akhir semester yang digelar di Look Gallery FHIK (Faculty of Humanities and Creative Industries) kampus PCU itu memberi gambaran visual tentang kemampuan mahasiswa PCU dalam menghubungkan konsep-konsep teoritis dengan solusi desain yang konkret, dengan tetap kreatif dan estetis.

Baca Juga: Pasopati Cakra Nusantara Serukan Pelestarian Budaya dan Semangat Juang

“Ada 69 karya lukisan dari mahasiswa dan dosen PCU bertema Pertunjukan Nusantara yang dipamerkan, sembilan karya desain dan styling retail lokal, delapan karya desain produk berupa elemen lampu, 25 karya desain interior rumah tinggal, dan 15 karya perspektif sketch dalam black and white,” rinci Laksmi yang juga Kepala Studio Mata Kuliah Desain Dasar PCU itu.

Laksmi melanjutkan, pameran ini memang melibatkan lima mata kuliah, yakni Menggambar, Desain Dasar, Interior Design Styling for Residential Space, Interior Design & Styling for Commercial Space, dan Interior Product Design.

Salah satu karya lukisan yang dipamerkan adalah hasil goresan tangan dari dosen PCU, yakni Maria S. G. Poetiray. Ia melukiskan seni pertunjukan wayang sebagai salah satu icon utama dari budaya Jawa. Mengaku terinspirasi dari bacaan Alkitab di Wahyu 6, lukisan karyanya itu mengangkat cerita tentang kehidupan manusia di akhir zaman atau eskatologi yang penuh kejahatan dan kekhawatiran.

Mengandung filosofi mendalam, dosen yang akrab dipanggil Suzan itu mengambil tokoh pewayangan dari kisah Mahabharata. Ia menjelaskan warna merah ia pakai untuk menunjukkan sisi yang jahat dan warna biru sebagai yang baik.

Baca Juga: Didiet Maulana Ungkap Makna di Balik "Pesan yang Datang Belakangan"

"Sedangkan tokoh wayang saya lukiskan dengan posisi saling berhadapan, untuk mengilustrasikan bahwa jahat dan baik itu saling berdampingan. Sementara itu, lingkaran yang mengelilingi setiap karakter wayang ini sebagai simbol kasih penyertaan Tuhan yang selalu ada dalam setiap proses kehidupan manusia,” kata Suzan.

Bukan hanya dari dosen, para mahasiswa juga tak mau kalah menunjukkan hasil karyanya. Seperti Carol Chinansha Rey dengan aksesoris interior lampu berbentuk wall piece berjudul “Kembang”. Mahasiswi semester tiga ini memilih fiberglass dan resin sebagai bahan dasar dari karyanya itu.

“Awalnya saya ingin membuat karya interior yang memberi kesan bertekstur dan memiliki warna semi transparan seperti stained glass, tapi dengan bahan yang lebih ringan,” sambungnya.

Baca Juga: Pertukaran Budaya, Mahasiswa Jepang Ikuti Study Tour di PCU

Karya buatan tangan Carol itu membutuhkan waktu sekitar dua minggu hingga siap digunakan. Bahkan, proses pengerjaannya pun cukup rumit, mulai dari pemberian resin, pengeringan, pemotongan dan perapihan pola, hingga finishing.

“Ke depannya mau lebih diperbaiki secara kualitas, agar tekstur fiberglass bisa lebih halus,” celetuk mahasiswi Interior Product Design itu.

Karya-karya seni visual dari mahasiswa dan dosen PCU ini menjadi bentuk ekspresi yang dipertontonkan, untuk memberi kenikmatan pada setiap mata yang melihat.

Editor : Redaksi