SMP YPPI 1 Donokerto Gelar Pembelajaran Akademik Nuansa Batik

Pembelajaran akademik bernuansa batik SMP YPPI 1 Donokerto
Pembelajaran akademik bernuansa batik SMP YPPI 1 Donokerto

SURABAYA – Memperingati Hari Batik Nasional, SMP YPPI 1 Donokerto Surabaya menggelar proyek pembelajaran akademik bernuansa batik bagi kelas VII hingga kelas IX, pada Jumat, (4/10).

Kepala Sekolah SMP YPPPI 1 Donokerto Titris Hariyanti Utami mengatakan, dalam kegiatan ini kelas VII mempelajari seni rupa khususnya seni batik dekoratif, proyek yang mereka kerjakan membikin batik di media.

Baca Juga: Jelang Nataru Satgas Pengendalian Harga Beras Jawa Timur Sidak Pasar di Surabaya

“Sementara siswa kelas VIII dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sedang membuat poster dengan mengaplikasikan motif batik secara digital. Jadi, ada proyek pembelajaran berbasis teknologi.” katanya.

Untuk kelas IX, lanjut Titris saat ini sedang mempelajari prakarya, suatu proyek berfokus pada pengolahan makanan. Mereka diminta membuat kue dekoratif dengan motif ornamen batik, menggunakan roti tawar atau spiku.

“Tetapi hiasannya harus bermotif batik. Proyek ini juga akan dinilai sebagai bagian dari pembelajaran mereka," jelasnya.

Baca Juga: Wali Kota Eri Cahyadi Targetkan Pertumbuhan Ekonomi Surabaya 5,8 Persen di Tahun 2026

Selain itu beber dia, seluruh siswa dari setiap jenjang juga mendapat proyek membuat produk daur ulang bertema batik, mereka mengerjakannya secara berkelompok di rumah.

Adapun produk daur ulang ini, seperti tas atau tempat tisu dari kardus yang dihias dengan kolase kain batik, akan dipamerkan pada akhir acara.

Ia menambahkan, di acara puncak diadakan fashion show menampilkan tas karya siswa, pameran kue dekoratif, serta hasil karya batik mereka.

Baca Juga: Food Foria Vol. 4 Hadir di Surabaya, Sajikan Cita Rasa Otentik Pulau Dewata

"Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat menghargai karya budaya bangsa. Namun, kami juga ingin siswa mengaplikasikan nilai budaya tersebut dalam konteks yang lebih kekinian, misalnya melalui seni digital atau dekoratif pada kue," tutur Titris.

"Kami ingin menunjukkan bahwa batik tidak harus selalu diaplikasikan dengan cara mencanting. Jika siswa lebih berbakat di bidang teknologi, mereka tetap dapat berkontribusi dan berperan dalam menghargai budaya melalui bidang mereka masing-masing," pungkasnya.

Editor : Redaksi