JAKARTA - Park Chan-wook kembali dengan karya yang memukau. Decision to Leave bukan sekadar film kriminal, melainkan kisah cinta yang penuh teka-teki, di mana obsesi dan keinginan terselubung saling bertabrakan. Lewat sinematografi menawan dan karakter yang begitu hidup, film ini menjelma menjadi sebuah pengalaman yang sulit dilupakan.
Misteri yang Terjalin dengan Romansa
Baca Juga: Mengupas Teror "Wrong Turn" Dari Horor Klasik hingga Reboot Kontroversial
Kisah dimulai dengan penyelidikan seorang detektif, Hae-jun (Park Hae-il), terhadap kasus kematian seorang pria yang jatuh dari tebing. Dugaan awal mengarah pada kemungkinan bunuh diri, tetapi ada sesuatu yang ganjil. Kecurigaan berpusat pada istri korban, Seo-rae (Tang Wei), wanita berkebangsaan Tiongkok yang tampak terlalu tenang menghadapi kematian suaminya.
Namun, seiring penyelidikan berjalan, fokus Hae-jun mulai bergeser. Alih-alih menggali bukti yang bisa membuktikan kesalahan Seo-rae, ia justru terjebak dalam daya tarik misterius perempuan itu. Seo-rae tidak hanya cerdas dan manipulatif, tetapi juga memiliki pesona yang membuat Hae-jun, pria yang sudah menikah, mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Kisah mereka berkembang dalam ketegangan yang halus. Tidak ada romansa yang eksplisit, tidak ada pelarian dramatis, tetapi justru tatapan, dialog samar, dan ketegangan psikologis yang membuat hubungan mereka begitu mengikat. Seo-rae bisa jadi seorang femme fatale, tetapi dia lebih dari sekadar karakter klise. Ia sosok yang kompleks, dengan luka dan rahasia yang menjadikannya lebih menarik sekaligus berbahaya.
Dua Jiwa yang Terperangkap dalam Keinginan yang Salah
Hae-jun adalah tipikal pria yang tampak terkendali. Seorang detektif yang menjalani hidup dengan disiplin, tetapi sekaligus terjebak dalam rutinitas yang membosankan. Ketika ia bertemu Seo-rae, dinding pertahanannya mulai runtuh. Ia tahu perasaan yang tumbuh di dalam dirinya salah, tetapi tetap saja membiarkan dirinya tenggelam.
Baca Juga: "Beekeeper" Balas Dendam Brutal dengan Nuansa Misteri yang Menarik
Sementara itu, Seo-rae adalah teka-teki yang sulit dipecahkan. Dia bukan korban yang lemah, juga bukan antagonis yang sepenuhnya jahat. Ada kesedihan dalam dirinya, ada kesepian yang ia sembunyikan di balik sikapnya yang tenang. Ia memahami Hae-jun lebih dari siapa pun, bahkan mungkin lebih dari istri Hae-jun sendiri.
Ketika keduanya terlibat lebih dalam, batas antara benar dan salah semakin kabur. Hae-jun bukan hanya mencari keadilan, tetapi juga sesuatu yang selama ini hilang dalam hidupnya. Sementara Seo-rae, dengan segala cara, mencoba mempertahankan hubungan yang pada akhirnya tidak mungkin bertahan.
Cinta, Obsesi, dan Keputusan yang Harus Diambil
Decision to Leave bukan hanya tentang misteri pembunuhan, tetapi juga tentang bagaimana cinta bisa menjadi jebakan. Hae-jun harus memilih: tetap setia pada prinsip dan hidupnya yang stabil, atau menyerahkan dirinya pada sesuatu yang mungkin akan menghancurkannya.
Baca Juga: 5 Film Terbaik Michelle Yeoh: Aksi, Drama, dan Keanggunan yang Tak Terbantahkan
Seo-rae, di sisi lain, adalah gambaran seseorang yang hidup di antara dua dunia—terjebak antara keinginan untuk dicintai dan kenyataan bahwa cinta itu sendiri bisa menjadi sesuatu yang merusak.
Pada akhirnya, film ini mengajarkan bahwa tidak semua cinta bisa diperjuangkan, dan terkadang, meninggalkan adalah satu-satunya pilihan.
Park Chan-wook tidak menawarkan jawaban yang mudah. Ia membiarkan penonton terhanyut dalam dilema moral yang ia bangun, dengan akhir yang tragis sekaligus indah. Decision to Leave bukan hanya film yang bagus, tetapi juga karya yang akan terus membekas, lama setelah layar menjadi gelap.
Editor : Redaksi