Bersama Deputi Inklusi TPN Ganjar-Mahfud Perempuan Jatim Bersuara

Seminar Perempuan Jatim Bersuara
Seminar Perempuan Jatim Bersuara

SURABAYA,Tikta.id - Ribuan Suara perempuan Jawa Timur menggema pada Ruang Dialog dan Serap Aspirasi Perempuan se-Jawa Timur.

Acara tersebut digelar bersama Deputi Inklusi TPN Ganjar-Mahfud dengan kelompok rentan, mahasiswi, dan seluruh civitas akademika lintas kampus Se-Jawa Timur, di Auditorium Ki Moh Saleh Lantai 5 gedung F. Universitas Dr. Soetomo, pada Sabtu (12/1).

Baca Juga: Mustasyar PWNU DIY Gelar Doa Bersama

Acara dengan konsep seminar itu bertajuk "Dengar Suara 1000 Perempuan Jatim", diselenggarakan oleh Jaringan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia (JMPI), Generasi Merdeka (GM) dab BEM Universitas Dr. Sutomo Surabaya dan Deputi Inklusi TPN Ganajar Mahfud.

Acara dihadiri oleh sejumlah tokoh dan akademisi Jawa Timur, Opening speech oleh Siti Marwiyah, keynote speaker Jaleswari Pramodhawardani.

Baca Juga: Sambung Roso Diwarnai Hujan Deras, Warga Antusias Ikuti Sosialisasi Ganjar-Mahfud 

Serta para panelis Atik Krustiyati (Guru Besara Ilmu Hukum Univ Surabaya), Evi Ratnasari (Pembina Generasi Merdaka), Dia Puspitasari (Dosean ilkom untag surabaya) Tartyaningsih (Pendiri Yayasan Penyandang Disabilitas NAEEMA), Anik (Solidaritas disabilotas surabaya).

Dia Puspitasari dalam penyampaiannya optimistis apabila bhineka menjadi tiang utama keharmonisan berbangsa bernegara dan tidak terjadi diskriminasi kepada siapapun masyarakat Indonesia. 

"Takdir kita bangsa Indonesia adalah bhineka, jika itu tidak dilalu maka yang terjadi disharmony pada suasana berbangsa. Maka dari itulah keragaman itu sangatlah menjadi penguat dalam demokrasi sehingga saling bertoleransi satu sama lain agar tidak terjadi diskriminasi, dan perlakuan tidak baik pada orang lain termasuk pada golongan disabilitas," jelasnya.

Baca Juga: Sisir Arus Bawah, Cak Ghoni Bicara Pentingnya Integritas Seorang Pemimpin 

Tidak hanya itu lanjut Dia, perempuan menjabat Ketua Umum Jaringan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia (JMPI) itu menyampaika, dalam memilih sosok pemimpin harus dengan cermat dengan melihat figurnya bukan karena uang atau imbalan. 

"Tidak terkecuali masa depan bangsa dan negara memilih pemimpin adalah melihat dengan cerdas, bukan karena iming-iming setuatu apalgi uang. Maka ini adalah peran kita semua sebagai perempuan, terkhusus bagi kaula muda perempuan untuk menjungjung tinggi keadilan dan demokrasi," pungkas Dia Puspitasari 

Editor : Redaksi