JAKARTA - Apa jadinya ketika kekuatan terbesar di dunia menghadapi perlawanan yang tak bisa ditundukkan oleh senjata maupun strategi? Centurion membuka tanya itu, lalu menjawabnya dengan darah, salju, dan keputusasaan.
Berlatar abad ke-2 Masehi, film ini menggambarkan keberadaan pasukan Romawi di tanah yang kelak dikenal sebagai Skotlandia. Bangsa Romawi mencoba menaklukkan suku Pict, kelompok pribumi yang dikenal brutal, terorganisir, dan nyaris tak terjamah oleh kekuasaan imperium.
Baca Juga: Quills Ketika Kata-Kata Menjadi Ancaman bagi Kekuasaan
Di tengah konflik itu, muncullah Quintus Dias (diperankan Michael Fassbender), seorang centurion yang lolos dari penyiksaan Pict dan kemudian bergabung dengan Legiun Kesembilan legiun legendaris yang menghilang tanpa jejak dalam sejarah. Saat misi penyerangan balik terhadap suku Pict berubah menjadi malapetaka, Quintus dan segelintir prajurit lainnya menjadi buruan di tanah asing. Mereka tak hanya berjuang melawan musuh, tapi juga melawan alam, pengkhianatan, dan trauma.
Yang menarik, film ini tak menjadikan Quintus sebagai pahlawan mutlak. Ia adalah sosok yang penuh luka, ragu, dan pada titik tertentu, kehilangan kepercayaan terhadap kekaisaran yang ia bela. Di sisi lain, hadir pula karakter Etain (Olga Kurylenko), pemburu bisu yang menjadi pengejar utama para Romawi. Ia bukan antagonis biasa. Masa lalunya membuat kita mafhum mengapa balas dendam menjadi satu-satunya bahasa yang ia pilih.
Konflik utama dalam Centurion bukan hanya soal militer vs pemberontak. Ia berbicara tentang keberadaan manusia saat kehilangan tujuan, tentang sistem yang menjadikan prajurit sebagai pion, dan tentang bagaimana kemanusiaan bisa hancur oleh perintah dari atas.
Visual film ini kuat: bentang alam yang liar, hutan-hutan berkabut, dan lembah bersalju menjadi panggung pertempuran yang tak memihak siapa pun. Neil Marshall, sang sutradara, berhasil menjaga tensi dan ritme film dengan gaya sinematik yang tajam dan penuh intensitas.
Karakter dan Dinamika Tokoh
Baca Juga: Holy Smoke: Ketika Hasrat dan Keyakinan Beradu dalam Sunyi
Quintus Dias: Seorang prajurit yang mencoba bertahan hidup sambil menjaga sisa kehormatannya.
Etain: Simbol luka bangsa Pict. Pemburu tanpa suara, tapi penuh kemarahan yang sah.
Thax dan Brick: Anggota legiun yang masing-masing membawa ambiguitas moral sendiri loyalitas, kepengecutan, hingga keputusan yang membentuk arah cerita.
Baca Juga: Manual of Love: Empat Wajah Cinta dalam Bingkai Realita
Pesan Moral
Film ini menyiratkan bahwa dalam perang, tak selalu ada pemenang sejati. Kebesaran sebuah imperium bisa runtuh hanya karena mereka meremehkan tanah yang dianggap liar. Centurion juga menggugah pertanyaan: apakah kehormatan lebih berharga daripada hidup? Dan siapa sebenarnya yang biadab—penjajah atau yang mempertahankan tanahnya?
Jika Anda mencari film aksi sejarah yang bukan hanya soal pedang dan pertempuran, tapi juga sarat dengan ketegangan moral dan eksistensial, maka Centurion patut disimak.
Editor : Redaksi