Righteous Kill (2008): Duel Dua Legenda Polisi Menyingkap Pembunuh Berwajah Hukum

Righteous Kill (2008) tangkapan layar
Righteous Kill (2008) tangkapan layar

JAKARTA - Film ini memasangkan dua ikon Hollywood, Robert De Niro dan Al Pacino, yang berperan sebagai dua detektif senior kepolisian New York: Thomas “Turk” Cowan dan David “Rooster” Fisk. Mereka telah puluhan tahun bekerja bersama menangani kasus-kasus pembunuhan yang rumit.

Cerita dimulai ketika kota diguncang serangkaian pembunuhan terhadap pelaku kriminal yang lolos dari hukum. Pelaku meninggalkan puisi pendek di setiap lokasi pembunuhan, seolah menegaskan bahwa ini bukan pembunuhan acak, melainkan eksekusi.

Baca Juga: Tayuan: Kisah Cinta Terlarang yang Penuh Konflik dan Pergulatan Emosional

Awalnya, Turk dan Rooster menyelidiki kasus itu seperti biasa. Namun perlahan, bukti-bukti justru mengarah pada kemungkinan bahwa pelaku adalah anggota polisi sendiri. Dari sini, ketegangan dan kecurigaan di antara keduanya mulai muncul pelan-pelan.

Righteous Kill memainkan unsur twist psikologi dan permainan persepsi penonton. Selama film berjalan, penonton dibuat menebak-nebak siapa sebenarnya pembunuh yang mengaku menegakkan keadilan dengan caranya sendiri. Narasi dibuat seperti membuka rahasia sedikit demi sedikit.

Baca Juga: Pearl (2022): Ketika Kesepian Menjadi Jalan Menuju Kegilaan

Yang menarik, film ini lebih menonjolkan interaksi karakter dan konflik batin dibanding aksi tembak-menembak. De Niro tampil dengan emosi keras dan impulsif, sementara Pacino lebih tenang dan filosofis. Kontras itu membuat tontonan jadi hidup.

Meski sempat mendapat kritik karena dianggap tidak sekuat film-film polisi klasik era 90-an, kehadiran De Niro dan Pacino tetap menjadi daya tarik utama. Chemistry dua aktor legendaris ini terasa seperti duel mental yang perlahan mengarah ke kenyataan paling pahit.

Baca Juga: Eden Lake (2008) Teror yang Lahir dari Sebuah Liburan Sederhana

Righteous Kill berbicara tentang batas tipis antara penegakan hukum dan dorongan balas dendam pribadi. Ketika orang merasa berhak atas kebenaran, siapa yang bisa memastikan bahwa ia tidak berubah menjadi penjahat yang lain?

Editor : Redaksi