BANGKALAN - Puluhan Syuriyah NU dan masyayikh pesantren se-Madura menggelar pertemuan khusus di Ndalem Kasepuhan Syaikhona Muhammad Kholil, Bangkalan, Selasa (2/11).
Pertemuan tersebut buntut konflik internal di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) setelah keputusan Rais Aam KH Miftachul Akhyar memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf dari jabatan Ketua Umum PBNU.
Baca Juga: Menggunakan Logika untuk Melunakkan Sikap Orang yang Sulit Diajak Kompromi
Pertemuan diprakarsai Rais Syuriyah PCNU Bangkalan sekaligus sesepuh Bani Syaikhona Kholil, KH Muhammad Faishol Anwar, sebagai bentuk ikhtiar moral untuk menjaga keteduhan organisasi.
Narahubung pertemuan, KH Dimyati Muhammad, menyampaikan forum tersebut menghasilkan tiga sikap atas polemik yang terjadi di tubuh PBNU:
Pertama para masyayikh dan Syuriyah NU mengaku sangat prihatin atas polemik yang terjadi di PBNU.
Baca Juga: Cara Cerdas Tampil Berkelas dan Misterius untuk Mendapatkan Rasa Hormat
“Rasa keprihatinan yang teramat mendalam atas kondisi yang terjadi di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama saat ini,” ujar KH Dimyati.
Kedua, para kiai menyerahkan sepenuhnya penyelesaiannya kepada alim ulama selaku pemegang otoritas dan pemimpin tertinggi di Nahdlatul Ulama.
Ketiga, Mengajak warga NU agar tenang, mempererat ukhuwah nahdliyyah, dan memperbanyak munajat kepada Allah SWT agar persoalan yang terjadi di PBNU segera memperoleh jalan keluar terbaik.
Baca Juga: FJN Apresiasi Tokoh Muda Nahdliyin, Soroti Kontribusi Alumni Pesantren bagi Indonesia
Ia menegaskan pertemuan ini menjadi salah satu suara penting dari para ulama Madura, yang selama ini dikenal memiliki ikatan kuat dengan khittah dan tradisi keulamaan NU.
"Para kiai berharap dinamika di pusat dapat segera mereda dan organisasi kembali berjalan dalam suasana teduh serta penuh maslahat bagi umat," tutupnya
Editor : Redaksi