Gus Baqir Sosok Sederhana dari Kalangan Santri, Kini Jadi Cawabup Bondowoso

Sosok Gus Bakir Yang Sederhana, Lahir dari Lingkungan Pesantren, Kini Jadi Cawabup Bondowoso.
Sosok Gus Bakir Yang Sederhana, Lahir dari Lingkungan Pesantren, Kini Jadi Cawabup Bondowoso.

BONDOWOSO - Pejabat (Pj) Bupati Bondowoso, tahun 2023 - 2024, Bambang Soekwanto atau yang dipanggil Mas Bambang maju bakal calon bupati Bondowoso Periode 2025-2030. Melihat kultur masyarakat Bondowoso lebih banyak santri, maka mas Bambang menggandeng salah satu tokoh kiyai kharismatik. Siapa sosok kiyai yang digandeng sebagai wakilnya oleh mas Bambang ?

Mohammad Baqir, seorang pemuda yang lahir di Bondowoso, 10 April 1998 (26 tahun). Gus Baqir masyarakat Bondowoso memanggil sehari - hari, karena Gus baqir merupakan cucu dari K.H. Utsmani, pendiri salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) Al Utsmani, yang ada di Bondowoso.

Baca Juga: Ketua LBH Ansor Surabaya: Mogok Sidang Hakim Menurunkan Harkat dan Martabat Sendiri

Sebagai salah satu Ponpes tua di kabupaten Bondowoso, Ponpes Salafiyah Al Utsmani berdiri sejak tahun 1929. Pada saat ini, Gus baqir memiliki ribuan santri dan santriwati. Ponpes Salafiyah Al Utsmani berada di Dusun Beddien, Desa Jambisari, Kecamatan Jambisari Darussholah. Sehingga di lingkungan masyarakat Bondowoso, lembaga pendidikan Islam ini dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren Beddien.

Gus Baqir merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara putera KH Ghazali Utsman. Ia juga merupakan satu-satunya laki-laki di antara 2 saudaranya.

Sebagai generasi penerus seorang kiyai, Gus Baqir memperdalam ilmu agama Ponpes Sidogiri, Pasuruan. Pada saat ini sedang menempuh pendidikan S-2 di Universitas Islam Negeri KH Ahmad Siddiq (UINKHAS) Jember.

Ditengah-tengah kesibukan sebagai ustadz (tenaga pengajar) di pondoknya, Gus Baqir sangat peduli dengan ilmu pengetahuan yang berkembang, sehingga Gus Baqir pada saat ini, status sebagai mahasiswa pasca sarjana.

Gus Baqir salah satu pemuda yang ada di Bondowoso sangat luar biasa, sebagai guru Gus Baqir mengampu beberapa mata pelajaran. Sebagian dosen gus Baqir mengampu beberapa mata kuliah di perguruan tinggi yang ada di lingkungan pondok pesantren tersebut. 

Dalam kesehariannya, Gus Baqir dikenal di kalangan santri dan lingkungan pesantren sebagai seorang yang memiliki karakter kuat dan berjiwa pemimpin. Tetapi tetap rendah hati dan selalu bersahaja.

Terbukti, ia lebih sering menggunakan sepeda motor butut Honda 70 sebagai sarana transportasi untuk beraktivitas di lingkungan sekitarnya. Kendati sebenarnya juga ada kendaraan roda empat.

Kesederhanaan Gus Baqir juga tampak sejak masa sekolah hingga perguruan tinggi. Misalnya, saat menempuh pendidikan S-1 di Banyuwangi, ia rela naik sepeda motor pulang pergi.

Baca Juga: Musker I, PCNU Kota Surabaya Apresiasi Kinerja Lembaga dan Banom yang Baru Dibentuk

Selain sederhana, ia juga terbilang pintar dan cerdas. Khususnya di bidang eksak. Itulah sebabnya saat SLTA ia mengambilan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

"Sejak jaman sekolah beliau itu memang pintar, terutama di mata pelajaran eksak," tutur Nogi Dwi, teman satu kelas Gus Baqir, ketika bersekolah di MAN Bondowoso, Senin, (23/9)

Ia bercerita, pernah suatu ketika Gus Baqir mendapat nilai 100 atau benar semua saat ujian mata pelajaran Kimia dan Fisika. Dan hal itu sempat membuat temannya terheran-heran akan kepintarannya tersebut. 

Tentang politik, Gus Baqir mengaku sebelumnya sama sekali tak memiliki niat untuk terjun ke ranah politik praktis, Ia hanya akan ingin mengabdikan pada kepentingan pendidikan, terutama di pesantrennya, serta masyarakat.

"Tapi karena kemudian ada yang meminta dan mendorong, ya mau gimana lagi. Toh, semuanya juga merupakan amanah demi kemaslahatan umat," ujar Gus Baqir, saat berbincang santai di rumahnya. 

Baca Juga: Bangkitkan Semangat di Pagi Hari: Tips Sederhana untuk Awali Hari dengan Energi Positif

Saat ditanya tentang visi dan misi sebagai calon wakil bupati, Gus Baqir mengaku bahwa jika masyarakat mempercayainya sebagai wakil bupati, ia tetap akan mengutamakan kepentingan masyarakat.  

"Ini juga bagian dari ikhtiar berbuat untuk masyarakat. Agar masyarakat, terutama kalangan muda, dalam menghadapi era digital," katanya.

Gus Baqir meyakini, di era teknologi yang serba digital seperti saat ini, tantangan ke depan akan lebih kompleks, sehingga generasi milenial dilandasi dengan moral, dan tetap santun.

"Terpenting, arus globalisasi di era milenial harus dilandasi kekuatan moral sebagai dasar. Sehingga, mampu bersaing tapi tetap santun, dan sukses," pungkasnya. (Ded)

Editor : Redaksi