Pernyataan Forkopimda Pasca Bentrokan Dua Ormas Dinilai Jubir PWI-LS Kurang Pas

Laskar Sabillah PWI-LS Kabupaten Pemalang
Laskar Sabillah PWI-LS Kabupaten Pemalang

PEMALANG – Juru Bicara Ormas Perjuangan Wali Sanga Indonesia – Laskar Sabillah (PWI-LS) Kabupaten Pemalang, Andi Rustono, menyampaikan kekecewaannya atas pernyataan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Pemalang dalam konferensi pers pada Kamis malam (24/7), usai bentrokan antara dua ormas, PWI-LS dan FPI.

Pernyataan Forkopimda yang menyebut situasi telah kembali kondusif dinilai tidak mencerminkan kondisi sebenarnya pasca bentrokan tersebut.

Baca Juga: 84 Karton Berisi Ribuan Rokok Ilegal Berhasil Disita Satpol PP dan Bea Cukai

"Saat ini FPI merasa jumawa karena tidak ada kelompok masyarakat yang berani melawan FPI. PWI-LS akan membangkitkan kekuatan masyarakat yang selama ini berseberangan, untuk berani melawan dan menolak berdirinya FPI. Negara mestinya bertanggung jawab atas pembubaran FPI lama dan Reborn, bukan bersama satu panggung," ujar Andi pada Selasa (29/7).

Ia menambahkan terjadinya kekacauan menandakan penolakan terhadap FPI sangat tinggi. Karena itu, menurutnya, kepolisian perlu memetakan wilayah-wilayah rawan bentrokan seperti yang terjadi di Pemalang.

"Tidak boleh lagi kepolisian dan TNI menunggu sampai ada korban, dan tampilnya bupati naik ke panggung pada saat acara FPI merupakan tindakan yang nggak pas. Di saat rakyat menolak, bupati justru di panggung," tutupnya.

Bentrokan antara massa Perjuangan Wali Sanga Indonesia Laskar Sabillah (PWI-LS) dan Front Persaudaraan Islam (FPI) di Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, memicu respons keras dari jajaran pengurus dan anggota PWI-LS.

Baca Juga: 84 Karton Berisi Ribuan Rokok Ilegal Berhasil Disita Satpol PP dan Bea Cukai

Selain Andi Rustono, Ketua PWI-LS Kabupaten Pemalang, Wahyudin, juga menyesalkan cara Forkopimda dalam mengelola komunikasi publik. 

Ia menilai penyampaian Forkopimda tidak cukup mengakomodasi realita di lapangan, terutama terkait korban dari pihak PWI-LS yang mengalami luka berat, termasuk satu anggota yang menderita luka parah di kedua mata akibat serangan senjata tajam.

“Kami tidak melihat ada pengakuan yang jujur tentang kekejaman yang kami alami. Konferensi pers itu seperti menutupi luka kami dengan perban yang tidak steril akan tetapi terlihat rapi, tapi justru menginfeksi,” ujar Wahyudin.

Baca Juga: Gandeng BNNK Batang Rutan Pemalang Bahas Rehabilitasi Pengguna Narkoba

Forkopimda dalam keterangannya menyebut kondisi di Kecamatan Petarukan telah aman dan aktivitas masyarakat kembali normal. Namun menurut PWI-LS, narasi itu mengabaikan kenyataan bahwa sebagian korban masih dirawat, trauma belum pulih, dan keadilan belum ditegakkan.

Bupati Pemalang, Anom Widiyantoro, dalam konferensi pers menyampaikan pemerintah akan menanggung biaya pengobatan korban dan menyerahkan proses penyelidikan kepada aparat penegak hukum. 

PWI-LS menyambut baik komitmen tersebut, namun hingga saat ini belum ada pelaku kekerasan yang ditangkap secara transparan, terutama dari pihak yang diduga membawa senjata tajam dalam insiden bentrokan antara FPI dan PWI-LS. 

Editor : Redaksi