MALANG – Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (PW GP) Ansor Jawa Timur, H. Musaffa Safril, menyoroti ketimpangan kesejahteraan yang dialami petani tembakau di tengah besarnya kontribusi sektor tersebut terhadap penerimaan negara.
Hal itu disampaikan Musaffa saat membuka Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) GP Ansor Jawa Timur di Kota Malang.
Baca Juga: Petani di Majalengka Sambut Baik Turunya Harga Pupuk Subsidi 20 Persen
Ia menegaskan, negara seolah memiliki “utang besar” kepada petani tembakau.
“Indonesia berutang besar kepada petani tembakau,” ujarnya di hadapan para pimpinan cabang Ansor se-Jawa Timur.
Musaffa menyebut, penerimaan negara dari cukai hasil tembakau pada 2024 mencapai Rp216,9 triliun, melampaui pendapatan dari sektor migas dan dividen BUMN. Dari jumlah itu, lebih dari separuhnya disumbang oleh Jawa Timur.
“Tahun 2024, penerimaan cukai hasil tembakau mencapai Rp216,9 triliun. Angka ini bahkan mengungguli migas dan BUMN. Lebih dari separuhnya berasal dari Jawa Timur,” tegasnya.
Ia merinci perbandingan pendapatan tiga sektor utama negara:
Cukai hasil tembakau: Rp216,9 triliun
Sumber daya alam (migas dan nonmigas): Rp207 triliun
Dividen BUMN: Rp85,8 triliun
Baca Juga: Kinerja Senator Mulai Terlihat, Lia Istifhama Fokus Suarakan Petani dan UMKM
Namun di balik kontribusi besar itu, Musaffa menilai kesejahteraan petani tembakau masih jauh dari layak.
“Negara menikmati, tapi petani merana,” ujarnya.
Menurutnya, kebijakan pemerintah belum sepenuhnya berpihak kepada petani yang menjadi penopang industri bernilai ratusan triliun tersebut. Ia juga menyinggung fakta bahwa sebagian besar perokok di Indonesia adalah warga Nahdlatul Ulama (NU), termasuk kader Ansor.
“Kalau kita jujur, perokok terbesar di negeri ini adalah warga NU, dan di dalamnya ada Ansor. Artinya, kita ini investor utama pendapatan negara dari cukai tembakau. Tapi ironisnya, petani justru belum menikmati kesejahteraan yang layak,” tuturnya.
Musaffa menambahkan, dana cukai yang dihimpun dari masyarakat, khususnya warga NU, belum kembali secara proporsional untuk meningkatkan taraf hidup petani tembakau.
Baca Juga: Bupati Beri Penghargaan terhadap Penyuluh dan Petani Berprestasi
“Ansor tidak boleh diam. Kita harus berdiri bersama petani tembakau. Mereka bagian penting dari kekuatan ekonomi bangsa, tetapi sering kali terpinggirkan,” serunya.
Ia mendorong agar Muskerwil 2025 tidak hanya menjadi forum administratif, tetapi juga melahirkan gagasan konkret untuk memperjuangkan nasib petani tembakau melalui forum dan rekomendasi kebijakan.
“Kalau negara hidup dari keringat petani tembakau dan uang dari kantong warga kita, maka Ansor harus menjadi suara mereka. Kebijakan negara harus berpihak pada kesejahteraan petani, bukan sekadar angka pendapatan,” tegasnya.
Pria kelahiran Sumenep ini menegaskan, perjuangan ekonomi rakyat adalah bagian dari gerakan keummatan dan kebangsaan Ansor.
“Menolong petani dan memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil adalah bentuk jihad sosial Ansor hari ini,” pungkas Musaffa.
Editor : Redaksi