JAKARTA - Beberapa sahabat yang dulunya rutin mengadakan “Buddy Games” bertemu kembali setelah lima tahun berpisah.
Tujuan awalnya menyuntikkan kembali semangat hidup si Shelly yang tengah depresi. Dalam reuni ini, mereka merencanakan serangkaian tantangan fisik dan mental penuh aksi absurd, humor kasar, dan kesempatan memenangkan hadiah uang.
Baca juga: The Little House (2014): Kisah Senyap tentang Kesetiaan dan Rindu di Masa Perang
Namun, konflik muncul, ada rahasia medis, persaingan, dan ego yang tersinggung.
Di satu titik, teman-teman yang daulunya kompak mulai memperlihatkan sisi yang tak sesimpel sekadar “lucu-lucuan”.
Tema & Pesan
Persahabatan & Komitmen, bagaimana persahabatan diuji bukan hanya dalam suka, tapi juga saat masalah muncul, termasuk rasa bersalah, ego, dan pertandingan satu sama lain.
Baca juga: Fifty Shades of Grey (2015), Romansa Erotis yang Menghebohkan Dunia
Penebusan & Kesempatan Kedua: film menekankan bahwa terkadang seseorang harus “dikeluarkan” dari zona nyaman, atau dijerumuskan kembali dalam unsur kompetisi agar bisa bangkit dari perasaan gagal atau depresi.
Batas antara humor & penghinaan: film ini juga memperlihatkan bahwa dalam komedi “bromance ekstrem”, ada garis tipis antara yang lucu dan yang terasa kasar atau menyakitkan.
Catatan
Baca juga: Waralaba Terminator: Dari Film Kultus 1984 Hingga Dark Fate 2019
Buddy Games bukan film untuk semua orang kalau kamu suka komedi ringan, persahabatan, dan tidak keberatan dengan humor kasar atau adegan ekstrem, film ini bisa jadi hiburan yang pas.
Tapi kalau kamu mencari film komedi yang lebih “senior”, ada kedalaman karakter dan plot emosional, kemungkinan besar film ini akan terasa datar.
Editor : Redaksi