SURABAYA, Tikta.id - Kemeriahan pesta demokrasi semakin semarak terasa di tengah masyarakat Indonesia. Tapi ada satu hal yang menarik perhatian, yakni partisipasi anak muda khususnya Generasi Z, dalam proses demokrasi tersebut. Gimana sih pemimpin masa depan dalam kacamata Gen Z?
Hal inilah yang kemudian dilakukan oleh para mahasiswa semester lima Program Studi Communication Science Petra Christian University (PCU) lewat tugas akhir mata kuliah Komunikasi Kepemimpinan, yang mengupas tuntas hal itu dalam sebuah orasi.
Baca Juga: Pertukaran Budaya, Mahasiswa Jepang Ikuti Study Tour di PCU
Bertempat di Selasar Gedung Q lantai 3 kampus PCU, (14/12), sebanyak 30 mahasiswa menyampaikan orasinya selama lima hingga tujuh menit.
Dr. Fanny Lesmana selaku dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Kepemimpinan menjelaskan bahwa topik tentang ‘Pemimpin Masa Depan dalam Kacamata Gen Z’ ini diambil untuk mengetahui apa yang diharapkan Gen Z terkait sosok pemimpin yang baik.
"Karena mereka sudah di semester 5, jadi saya yakin mereka sudah punya cukup bekal untuk bicara tentang masalah kepemimpinan. Saya pikir mereka sudah cukup mumpuni, karena mereka juga calon pemimpin, dan yang akan menjalankan konsep kepemimpinan. Itu yang diharapkan ke depannya," kata Fanny.
Lebih lanjut, pemilihan topiknya juga tak bisa dipungkiri karena ada hingar bingar situasi politik yang sedang terjadi di tanah air saat ini. Namun Fanny merinci, kelas yang diampunya itu tidak sekadar memahami teori atau konsep kepemimpinan saja.
"Untuk topik kami siapkan, untuk isi konten saya serahkan ke mereka sendiri. Saya hanya mengingatkan agar (orasinya) tidak 100 persen mengarah kepada suatu pasangan capres tertentu, tidak terlalu frontal," ungkapnya.
"Mengangkat tema tentang Pemilu tidak disengaja, karena saya melihat mata kuliah ini memang bicara tentang leadership, ini juga sesuai dengan visi kampus yaitu Global Social Leadership. Jadi kita mau mahasiswa ini bisa berkembang dan benar-benar bukan sekedar belajar berkomunikasi kepemimpinan, tetapi mereka juga langsung menerapkan di dalam komunikasi menjadi pemimpin itu seperti apa," terangnya.
Fanny pun berharap melalui kegiatan ini, para mahasiswa juga dapat mengimplementasikan konsep kepemimpinan itu dalam kehidupannya sebagai seorang calon pemimpin.
Tak lupa, ia juga mengingatkan kepada para mahasiswa khususnya pemilih pemula yang didominasi oleh kaum Gen Z, agar mereka tidak golput saat Pemilu 2024 mendatang.
"Karena saya sering mengingatkan mereka what ever it takes kamu harus memilih, karena itu adalah sesuatu yang sangat penting bagi bangsa dan negara ini, dan kamu adalah bagian dari bangsa dan negara ini. Itu terus yang saya dengungkan ke mereka. Mereka bilang bingung mau milih siapa, tapi ya sudahlah sampai di suatu titik kita memang harus mengambil sebuah keputusan," pesan Fanny.
Baca Juga: Gen Z Didorong Lebih Kritis Terhadap Fenomena Calon Tunggal di Pilwali Surabaya
Mata kuliah Komunikasi Kepemimpinan di PCU sendiri merupakan mata kuliah pilihan yang bisa diambil oleh para mahasiswa yang ingin belajar tentang cara seorang pemimpin dalam mengkomunikasikan pesan kepada tim, maupun kepada orang-orang di luar organisasinya.
"Lewat kegiatan yang sekaligus menjadi rangkaian dari Ujian Akhir Semester ini juga, para mahasiswa PCU sebagai perwakilan Generasi Z bisa ikut terlibat menjadi penggerak, agar anak muda lainnya mau berpartisipasi dalam pesta demokrasi tahun depan,” tutup Fanny.
Sementara itu, Valerie Audrey Laurencia, salah satu mahasiswi Ilmu Komunikasi Kepemimpinan yang juga menjadi peserta orasi mengaku sempat grogi saat menyampaikan orasinya di hadapan dosen dan 29 mahasiswa lainnya.
"Orasinya nggak susah, karena waktu membuat materinya itu lebih refleksi ke diri sendiri bagaimana ke depannya. Saya latihannya cuma sehari. Meski grogi waktu orasi, tapi enjoy," kata Valerie.
Dalam orasinya, Valerie sempat mengungkapkan bagaimana pemimpin yang menurutnya ideal untuk masa depan. Selain harus punya visi yang jelas, pemimpin ideal menurutnya juga harus punya empati.
Baca Juga: Tingkatkan Partisipasi Pemilih Gen Z di Pilwali Surabaya, Unipra Gelar Sosialisasi Tatap Muka
"Pemimpin harus punya empati supaya bisa memberikan solusi yang baik. Dia juga harus punya hati untuk membangun serta mengembangkan kita dan bukannya memperdaya kita. Pemimpin juga harus suka mendengar (aspirasi) karena meski itu gampang tapi susah dilakukan. Dan yang terpenting juga lebih fokus ke action," ungkapnya.
Di samping itu, sebagai Gen Z sekaligus pemilih pemula, Valerie mengaku excited karena akhirnya ia punya hak untuk memilih pemimpin Indonesia berikutnya. Ia pun mengingatkan kepada Gen Z dan pemilih pemula lainnya agar tidak golput dalam Pemilu 2024 mendatang.
"Ayo jangan golput karena setiap suara dari kita itu penting untuk kemajuan negeri ini. Satu suara kita itu bisa berdampak untuk ke depannya. Biar Indonesia ini tidak pecah, karena semua orang punya pilihan tapi harus diingat kita juga punya hak untuk memilih, jadi pilihan manapun itu nggak salah, karena ketiga paslon yang berlaga saat ini juga terbaik dari yang terbaik yang dimiliki bangsa," ajaknya.
Terakhir, Valerie pun menyampaikan harapannya untuk pemimpin yang terpilih kelak harus bisa menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi oleh Indonesia saat ini
"Utamanya bisa menyelesaikan masalah kemiskinan dan pendidikan, itu paling penting karena dari kedua hal itu isunya bisa merembet ke mana-mana. Misalnya kemiskinan bisa merembet ke stunting. Nah masalah-masalah seperti itu yang harus diselesaikan oleh pemimpin yang terpilih nantinya," pungkasnya.
Editor : Redaksi