Mengulas 5 Film Gong Li Antara Kekuasaan, Cinta, dan Pengkhianatan di Layar Lebar

Film yang dibintangi Gong Li: Memoirs of a Geisha (tangkapan layar YouTube)
Film yang dibintangi Gong Li: Memoirs of a Geisha (tangkapan layar YouTube)

JAKARTA - Jika ada satu nama yang hampir selalu dikaitkan dengan perfilman Tiongkok berkualitas, maka itu adalah Gong Li. Sejak kemunculannya di akhir 1980-an, ia telah menjadi wajah sinema Tiongkok di kancah internasional. Kemampuannya menyelami karakterbaik sebagai istri yang terkungkung dalam budaya patriarki, penyihir yang ditolak dunia, atau permaisuri yang penuh intrik membuat setiap perannya terasa hidup dan menggetarkan.

Melalui lima film ini, kita bisa melihat bagaimana Gong Li tidak hanya menjadi seorang aktris, tetapi juga ikon yang membawa cerita-cerita penuh makna ke layar lebar.

Baca Juga: The Lair Teror di Bawah Tanah dan Perjuangan Bertahan Hidup

Berikut lima film yang dibintangi oleh Gong Li, aktris asal Tiongkok yang dikenal lewat perannya dalam berbagai film berkelas:

1. Raise the Red Lantern (1991): Pergulatan Kesunyian dalam Bayang-Bayang Kekuasaan

Bayangkan seorang wanita muda, penuh harapan, tapi justru harus terjebak dalam dinding tinggi rumah tangga yang dingin. Raise the Red Lantern diangkat dari novel Wives and Concubines, film ini bercerita tentang seorang gadis berusia 19 tahun yang, karena keadaan ekonomi keluarganya, dipaksa menjadi istri keempat seorang pria kaya. Di balik kemewahan rumah suaminya, Songlian mendapati bahwa ia bukan satu-satunya ratu di sana—ada tiga istri lain yang siap bersaing demi mendapat perhatian sang suami.

Setiap malam, lentera merah dinyalakan di depan kamar sang istri yang mendapat giliran. Itu bukan sekadar tradisi, tetapi simbol siapa yang paling diistimewakan. Semakin sering lentera menyala di depan pintu seorang istri, semakin besar kekuasaannya. Namun, di dunia yang penuh intrik ini, keistimewaan bisa berubah menjadi kutukan.

Penampilan Gong Li begitu memukau ia menyampaikan perasaan frustasi dan kehilangan kendali dengan subtil, namun begitu menghantui. 

2. Farewell My Concubine (1993): Cinta, Seni, dan Luka Sejarah

Bukan hanya film, Farewell My Concubine sebuah elegi tentang kehidupan, seni, dan cinta yang berkelindan dengan sejarah Tiongkok. Di film ini, Gong Li berperan sebagai Juxian, seorang wanita yang hidup di antara dua sahabat, Dieyi dan Xiaolou, dua aktor opera yang memiliki hubungan lebih dalam daripada sekadar teman.

Diadaptasi dari novel karya Lilian Lee, film ini mengisahkan persahabatan yang diuji oleh perubahan zaman, mulai dari era kekaisaran, pendudukan Jepang, hingga Revolusi Kebudayaan. Di tengah itu semua, Juxian hadir sebagai sosok yang mencoba menciptakan keseimbangan—meski pada akhirnya ia justru terseret dalam badai hubungan mereka.

Akting Gong Li di sini begitu emosional. Sebagai Juxian, ia tak hanya menjadi simbol perempuan yang berjuang demi cinta dan kebebasan, tetapi juga representasi dari mereka yang tak memiliki kendali atas nasib sendiri.

3. Memoirs of a Geisha (2005): Keanggunan yang Beracun

Di dunia yang gemerlap namun penuh intrik, Gong Li hadir sebagai Hatsumomo, seorang geisha senior yang keanggunannya menyembunyikan api kecemburuan.

Baca Juga: "Taking Lives" Misteri Pembunuh Berantai yang Mengambil Identitas Korbannya

Film ini diadaptasi dari novel laris Memoirs of a Geisha karya Arthur Golden. Berpusat pada kisah Sayuri (Zhang Ziyi), seorang gadis miskin yang dilatih menjadi geisha, film ini menampilkan perjuangan dan politik tersembunyi di balik kimono sutra dan kipas lipat.

Sebagai Hatsumomo, Gong Li mencuri perhatian dengan perannya yang tajam. Ia bukan sekadar antagonis biasa, ia gambaran dari seorang wanita yang, setelah bertahun-tahun hidup dalam sistem yang keras, akhirnya berubah menjadi serpihan dari keindahan yang ia wakili.

4. Curse of the Golden Flower (2006): Intrik di Balik Kemegahan Dinasti

Bayangkan istana yang dipenuhi warna emas, kain sutra yang menjuntai, dan takhta yang megah. Namun di balik kemewahan itu, ada perang dingin yang siap meledak. Itulah latar Curse of the Golden Flower, sebuah drama sejarah yang menampilkan Gong Li dalam peran yang begitu kuat sebagai seorang permaisuri yang terjebak dalam permainan politik keluarga.

Sebagai sang Permaisuri, ia harus menghadapi suaminya, sang Kaisar (Chow Yun-Fat), yang bukan hanya tidak mencintainya, tetapi juga berusaha menyingkirkannya secara perlahan. Dengan strategi penuh perhitungan, Permaisuri mulai melawan, menjalin aliansi rahasia dengan putra-putranya untuk merebut kekuasaan.

Film ini adalah kombinasi antara drama Shakespearean dan epik berskala besar khas Zhang Yimou. Gong Li kembali membuktikan bahwa ia bisa menyampaikan rasa sakit, pengkhianatan, dan ambisi hanya dengan tatapan matanya.

5. Mulan (2020): Penyihir yang Mengubah Persepsi

Baca Juga: "Black Water" Terjebak di Rawa, Diburu Predator Mematikan

Disney membawa Mulan ke layar lebar dalam versi live-action, tetapi ada satu perubahan menarik: kehadiran karakter Xian Lang, seorang penyihir kuat yang diperankan oleh Gong Li.

Berbeda dari cerita aslinya, film ini menghadirkan Xian Lang sebagai cermin bagi Mulan. Ia adalah seorang perempuan dengan kekuatan luar biasa, tetapi ditolak oleh masyarakat karena ia dianggap berbahaya. Di sini, Gong Li menampilkan karakter yang kompleks bukan sekadar jahat, tetapi juga memiliki luka dan perjuangannya sendiri.

Meski film ini mendapat respons beragam, banyak yang setuju bahwa karakter Xian Lang menjadi salah satu sorotan utama. Penampilan Gong Li memberi kedalaman emosional pada sosok yang awalnya terlihat seperti sekadar antagonis.

Lebih dari Sekadar Aktris, Gong Li adalah Ikon

Dari film ke film, Gong Li selalu memberikan sesuatu yang berbeda entah itu kelembutan yang menyimpan luka, kekuatan yang dibungkus elegansi, atau amarah yang meletup dalam diam. Ia bukan hanya aktris; ia adalah ikon yang membawa sinema Tiongkok ke panggung dunia.

Film-filmnya bukan hanya hiburan, tetapi juga refleksi tentang perempuan, kekuasaan, dan bagaimana seseorang berjuang mempertahankan identitasnya di tengah dunia yang terus berubah. Jika ada satu hal yang pasti, Gong Li selalu mampu menyampaikan semuanya hanya dengan satu tatapan.

Editor : Redaksi