Bad Class Dilema Cinta dan Tabu di Bawah Bayang Luka Keluarga

Tangkapan layar Bad Class
Tangkapan layar Bad Class

JAKARTA - Bad Class, disutradarai oleh Han Dongho, hadir sebagai drama dewasa yang menyentuh ranah emosional dan tabu. Film ini mengeksplorasi ketegangan antara generasi dan hubungan yang melangkah jauh melebihi batas sosial.

Pengenalan Tokoh & Premis

Baca Juga: Banshee: Ekstrem, Intens, dan Penuh Intrik di Kota Kecil

Jieun (Yoon Seolhee), gadis muda yang pernah luka mendalam karena ayahnya, membuatnya enggan percaya pada lelaki.  

Jeongwoo (Lee Chaedam), mahasiswa seni, dipilih menjadi guru privat Jieun atas permintaan sang ibu (Hyeonah). Hubungan antara mereka mulai dari ketegangan dan rasa dingin—yang kemudian berkembang tak terduga.  

Hyeonah (Yoon Seolhee), ibu Jieun, awalnya berharap hubungan itu sehat, tapi ia sendiri terperangkap dalam konflik emosional ketika Jeongwoo mengaku jatuh cinta padanya—membuka pintu konflik tabu dan pengkhianatan.  

Konflik & Konflik Tabu

Konflik utama film ini muncul dari hubungan yang melanggar norma: guru yang mencintai ibunya murid, dan gadis yang merasakan pengkhianatan emosional dari orang tuanya. Ketika Jieun menyadari hubungan itu, ia merencanakan “kejutan” emosional yang menunjukkan kemarahan sekaligus rasa terluka.

Konflik keluarga dan ketegangan moral menjadi motor narasi—bagaimana sakit hati Jieun muncul kembali, sementara Hyeonah luput dari harapannya sendiri, dan Jeongwoo terjebak antara cinta dan kesalahpahaman.

Karakter & Dinamika Emosional

Jieun: representasi trauma keluarga dan kerapuhan cinta. Dingin, sakit, namun cerdas dalam bentuk penolakan.

Baca Juga: The Disappearance of Alice Creed: Penculikan, Pengkhianatan, dan Pelarian Mengejutkan

Jeongwoo: sosok idealis mahasiswa seni penuh semangat, tapi tak siap menghadapi emosi yang rumit dari cinta yang salah arah.

Hyeonah: perempuan yang awalnya ingin baik, tapi menjadi pusat kontroversi hubungan terlarang, mencerminkan dilema hati ibu yang rapuh.

Gaya Penceritaan & Visual

Film berdurasi sekitar 106 menit ini menyajikan gaya tensi lambat—lebih terasa sebagai drama emosional daripada romansa. Adegan-adegan intim ditampilkan dengan hati-hati, namun tetap mampu menimbulkan ketegangan batin. Tema tabu membuat film menjadi discusi tentang batas antara kasih sayang, cinta, dan moral sosial.

Pesan Moral & Refleksi

Baca Juga: Oh, Ramona! (2019): Kisah Canggung Remaja, Cinta Segitiga, dan Humor Global

Trauma yang diturunkan: luka dari generasi sebelumnya dapat menghancurkan kepercayaan di generasi berikutnya.

Batas cinta dan peran sosial: ketika hubungan berjalan di luar norma, dampak yang dihadapi bukan hanya individual, tapi sosial.

Kebutuhan komunikasi sehat: tanpa keberanian bicara jujur, luka bisa menumpuk dan meledak tiba-tiba.

Kesimpulan

Bad Class tampil sebagai drama emosional yang berani mengangkat tabu peran dalam keluarga dan hubungan lintas generasi. Meskipun ceritanya sederhana, konflik moral dan karakter yang kompleks memberikan kedalaman emosi yang tak mudah diabaikan.

Editor : Redaksi