SURABAYA - Kiranya buku ‘Community Empowerment: Teori dan Praktik Pemberdayaan Komunitas’ ini dapat menjadi sebuah peta jalan (roadmap) yang mengupas tuntas bahwa pemberdayaan bukanlah sekadar memfasilitasi bantuan, melainkan sebuah entry point krusial menuju kemandirian suatu komunitas.
Penulis menyajikan pemberdayaan sebagai jantung dari paradigma pembangunan yang hendak mewujudkan masyarakat yang tidak hanya sejahtera dan berkeadilan, namun juga memiliki daya kontrol atas nasibnya sendiri.
Baca Juga: Jelajahi Dinamika Perilaku di Balik Sukses Organisasi
Untuk mencapai tujuan vital ini, buku ini menggarisbawahi peran krusial para fasilitator dan pendamping sebagai pemantik perubahan (change trigger), baik perubahan mindset maupun kapasitas lokal.

Sejalan dengan hal tersebut, salah satu paradigma pembangunan modern secara tegas mengaitkan orientasinya menuju pencapaian pemberdayaan komunitas.
Oleh karena itu, sudah menjadi suatu keniscayaan yang tak terhindarkan bahwa upaya pembangunan di suatu wilayah semestinya mampu merealisasikan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang tidak hanya sejahtera dan berkeadilan, namun juga berdaya.
Proses ini menuntut adanya intervensi yang terencana dan terstruktur.
Demi mencapai tujuan mulia tersebut, seringkali muncul kebutuhan mendesak akan kehadiran fasilitator dan/atau pendamping profesional.
Peran ini dapat diemban oleh berbagai pihak, mulai dari kalangan akademisi yang menyumbangkan kerangka berpikir ilmiah, pemerintah yang membawa dukungan kebijakan dan anggaran, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di grass-root, hingga lembaga atau organisasi lokal yang memang telah eksis dan memahami konteks budaya setempat.
Para pendamping ini bekerja dalam kerangka berbagai program pemberdayaan yang dirancang khusus. Sebagai contoh konkret, studi kasus yang dikaji di buku ini secara khusus berfokus pada dinamika pemberdayaan komunitas pesisir.
Kawasan pesisir, dengan segala keunikan geografisnya yang rentan serta struktur sosiokultural masyarakatnya yang khas dan seringkali tradisional, menyajikan tantangan yang unik.
Baca Juga: Jelajahi Dinamika Perilaku di Balik Sukses Organisasi
Keberhasilan dalam konteks pesisir dianalisis secara mendalam, mengungkapkan bahwa faktor kunci terletak pada kombinasi kuat antara kepemimpinan lokal yang visioner, beserta sinkronisasi kebijakan antar-sektor.
Selain itu, eksistensi institusi lokal yang kuat dan kehadiran kader-kader pemberdayaan yang militan sangat vital guna menjamin kesinambungan (kontinuitas) program agar tidak terhenti di tengah jalan. Dan yang tak kalah penting, keberhasilan memerlukan koordinasi dan komitmen yang teguh dari seluruh stakeholder yang terlibat; termasuk dan terutama partisipasi aktif serta kepemilikan program dari masyarakat itu sendiri sebagai penerima manfaat utama.
Lebih dari sekadar kajian teoretis, buku ini menjadi panduan praktis yang membuktikan tesis sentralnya: bahwa pendekatan yang secara sadar memadukan nilai-nilai kearifan lokal adalah (salah satu) kunci utama untuk mempermudah dan menjamin perubahan perilaku yang berkelanjutan dalam program pemberdayaan.
Kearifan lokal (meliputi norma adat, tradisi, serta pengetahuan turun-temurun yang telah teruji) bukanlah sekadar tempelan budaya atau formalitas belaka. Ia adalah infrastruktur sosial yang paling solid dalam suatu komunitas.
Dalam konteks pemberdayaan, menggunakan kearifan lokal berarti membangun di atas fondasi yang sudah dimiliki dan dihormati oleh masyarakat.
Baca Juga: Tidar Jatim Bagikan Buku dan Makanan Bergizi Sasar Kampung Stren kali Jagir Surabaya
Ketika program pemberdayaan berdialog dengan bahasa dan tata nilai setempat (misalnya, melibatkan tetua adat dan/atau lembaga musyawarah tradisional, resistensi terhadap perubahan diharapkan akan menurun drastis.
Proses ini memungkinkan perubahan mindset dan pola perilaku yang diidamkan dapat terserap secara organik dan tidak terasa dipaksakan dari luar. Inilah yang membedakan keberhasilan suatu program dari intervensi top-down yang seringkali hanya memberikan dampak sesaat dan cenderung tidak berkelanjutan.
Jauh dari kesan klise yang mungkin muncul saat mendiskusikan topik pemberdayaan, karya ini menyajikan analisis segar, berbasis fakta di lapangan, dan sangat relevan bagi setiap pemangku kepentingan, baik perumus kebijakan, akademisi, praktisi LSM, maupun investor sosial, yang benar-benar serius dan berkomitmen untuk membangun kekuatan serta kemandirian komunitas di seluruh Indonesia.
Kajian mendalam ini menunjukkan bahwa pemberdayaan yang efektif adalah upaya yang berakar kuat pada identitas lokal, tentu saja sembari tetap berorientasi pada kemajuan segenap sektor kehidupan/penghidupan komunitas.
Identitas Buku:
Judul : Community Empowerment: Teori dan Praktik Pemberdayaan Komunitas
Penulis : M. Chazienul Ulum dan Niken Lastiti V. A.
Tahun : 2020
ISSN : 9786232960244
Penerbit: UB Press
Editor : Redaksi