SURABAYA — STAI Taruna Surabaya menggelar International Webinar bertema “The Role of Southeast Asian Muslim Civilization and the Acceleration of International Collaboration” 21–22 November 2025 secara virtual melalui Zoom meeting.
Kegiatan ini menghadirkan akademisi dan tokoh Indonesia, Malaysia, serta Thailand, untuk memperkuat kontribusi kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan peradaban Islam dan peningkatan kerja sama global di bidang riset dan pengabdian masyarakat.
Baca Juga: Lia Apresiasi Kreativitas Siswa SMP Khadijah Surabaya: Gen Z Penggerak Perubahan Lingkungan
Hari pertama, Ketua STAI Taruna Surabaya Asist Zuman Malaka, menegaskan pentingnya kontribusi umat Muslim Asia Tenggara dalam menjaga peradaban Islam di tingkat global.
Menurut Lia Istifhama, Anggota DPD RI Komisi III serta Ketua Yayasan Universitas Taruna Surabaya, kolaborasi lintas negara menjadi kunci dalam menjawab tantangan modern, terutama mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan nilai kemanusiaan universal.
"Webinar ini juga menghadirkan narasumber dari Malaysia seperti Muhammad Ali Mukhtar Bin Abu Bakar serta Jefry Bin Fadzil yang mengulas posisi strategis komunitas Muslim Asia Tenggara sebagai motor penggerak harmoni global," jelas Lia
Lia menegaskan dunia akademik perlu memperkuat kerja sama dan memperluas jangkauan riset agar nilai-nilai Islam dapat memberi jawaban terhadap kompleksitas zaman modern.
"Kegiatan berlanjut pada Sabtu, 22 November 2025 dengan mengangkat tema percepatan inovasi dan dampak sosial dalam kerja sama internasional," tutur Lia
Baca Juga: Lia Apresiasi Kreativitas Siswa SMP Khadijah Surabaya: Gen Z Penggerak Perubahan Lingkungan
Menurutnya peran pemuda sebagai agen perubahan harus mampu beradaptasi dan inovatif menghadapi era digital dan tantangan global.
Pemuda Indonesia kini mencapai angka 64,22 juta jiwa berdasarkan data BPS 2024. Jumlah ini menjadi kekuatan besar bagi bangsa dalam menciptakan inovasi dan transformasi sosial yang berkelanjutan.
"Mengaitkan pandangan Frederick E. Fiedler soal kepemimpinan adaptif yang harus menyesuaikan kondisi zaman, terutama dalam menghadapi disrupsi teknologi dan perubahan sosial," tandasnya.
Baca Juga: Di Gresik Lia Istifhama Suarakan Hak Anak Berkebutuhan Khusus
Lia juga menggarisbawahi urgensi pemberdayaan pemuda dalam memutus rantai kemiskinan kultural.
Ia menekankan kemiskinan bukan hanya soal ekonomi, melainkan keterbatasan akses pada pendidikan, informasi, dan kesempatan untuk berkembang yang dapat menghambat partisipasi politik maupun sosial.
Sementara itu, Muhammad Mahbubi dari Malaysia serta Abdul Meatam, dari Thailand, membahas peluang kolaborasi pendidikan tinggi dan program pengabdian masyarakat lintas negara demi penguatan kualitas SDM Muslim Asia Tenggara di masa depan.
Editor : Redaksi