Lapas Cipinang Gandeng Akademisi, Bekali Warga Binaan dengan Ilmu Kewirausahaan Berkelanjutan

Warga Binaan Belajar Berwirausaha, Lapas Cipinang Hadirkan Akademisi sebagai Mentor
Warga Binaan Belajar Berwirausaha, Lapas Cipinang Hadirkan Akademisi sebagai Mentor

JAKARTA - Komitmen terhadap pembinaan yang inklusif dan berkelanjutan kembali ditunjukkan oleh Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang melalui kolaborasi strategis dengan kalangan akademisi. Bersama akademisi dari Universitas Suryadarma dan Universitas Kosgoro 1957, Lapas Cipinang menggelar Workshop Kemandirian Warga Binaan bertajuk “Motivasi dalam Membuka Usaha Baru untuk Warga Binaan” yang berlangsung di Aula Lapas Cipinang.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, Ahmad Faisal dari Universitas Suryadarma dan  Noerlina Anggraeni, Direktur Pengembangan Pusat Profesi dan Bahasa Universitas Kosgoro. Workshop ini dirancang sebagai media transfer pengetahuan dan motivasi, khususnya dalam membuka peluang usaha berbasis lingkungan yang dapat diterapkan oleh Warga Binaan, baik selama masa pembinaan maupun setelah bebas.

Baca Juga: Napi Berkebun, Urban Farming Warga Binaan Budidaya Kangkung

Kepala Lapas (Kalapas) Kelas I Cipinang, Wachid Wibowo, menyampaikan apresiasinya atas kerja sama ini dan menegaskan bahwa kemitraan dengan dunia akademik menjadi elemen penting dalam penguatan program pembinaan.

“Kami meyakini bahwa keberhasilan pembinaan tidak bisa dilakukan secara parsial. Kolaborasi seperti ini menjembatani teori dan praktik, serta membuka wawasan Warga Binaan terhadap potensi nyata yang bisa mereka kembangkan. Tujuan kami bukan hanya membebaskan secara hukum, tetapi juga memerdekakan secara mental dan ekonomi,” tegasnya, Rabu (28/5).

Dalam sesi pertama, Ahmad Faisal menyampaikan materi mengenai prinsip dasar membangun usaha, strategi mengenali peluang pasar, serta pentingnya keberanian memulai dan konsistensi dalam menghadapi tantangan dunia bisnis pasca-pembebasan.

Baca Juga: Kalapas Cipinang: Pelayanan Publik Harus Profesional, Terbuka, dan Responsif

Sesi berikutnya dipandu Noerlina Anggraeni, yang memperkenalkan konsep Eco Enzyme produk berbasis olahan limbah organik yang ramah lingkungan dan memiliki nilai jual tinggi. Ia juga menekankan bahwa bisnis berbasis keberlanjutan bisa menjadi gerakan sosial sekaligus sumber pendapatan jangka panjang.

“Eco Enzyme bukan hanya produk ramah lingkungan, tapi juga peluang usaha dengan dampak sosial. Dengan keterlibatan warga binaan, kita bisa mengubah lapas menjadi pusat pembelajaran dan produksi yang berdaya guna,” jelas  Noerlina.

Baca Juga: Latucip Band Tampil di Hadapan Menteri, Dapat Apresiasi sebagai Sarana Pembinaan

Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari peserta. Salah satu Warga Binaan, AR (28 tahun), mengaku terinspirasi dan mulai merancang rencana usaha kecil setelah bebas nanti.

“Saya tidak pernah menyangka bisa belajar tentang bisnis dan lingkungan di dalam lapas. Setelah mendengar langsung dari para dosen, saya percaya diri untuk bangkit. Saya ingin membuktikan bahwa masa lalu tidak menentukan masa depan,” ungkap AR.

Editor : Redaksi