SURABAYA - Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya Imam Syafi'i mengaku heran dengan angka kemiskinan di Kota Pahlawan yang disebut turun drastis hingga mencapai 74 ribu jiwa.
Hal itu menurut legislator partai NasDem tersebut, disampaikan dinas sosial (Dinsos) Surabaya dalam rapat evaluasi beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Raperda RPPLH Terlalu Sederhana, Imam Syafi'i, akan Hadirkan Pakar dan Praktisi Lingkungan
Imam menjelaskan, berdasarkan data statistik kota Surabaya Maret 2024, jumlah penduduk miskin di Kota Surabaya mencapai angka 116,62 ribu jiwa.
Jumlah ini berkurang sebesar 19,75 ribu jiwa, bila dibandingkan dengan kondisi Maret 2023 dengan 136,37 ribu jiwa dari jumlah masyarakat miskin.
Bila hal itu terjadi, menurutnya kelompok miskin ekstrem sudah tidak ada dan kelurga misikin (Gamis) berkurang.
Baca Juga: Banyak Permasalahan BPJS Kesehatan, Komisi D Panggil Kepala Puskesmas se Surabaya
"Setahun yang lalu saya melihat angkanya ratusan ribu. Dari yang semula, dulu Surabaya ini kan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), yang itu mengganti kalimat keluarga miskin itu 1,3 juta. Kemudian setelah diklarifikasi, ada istilah keluarga miskin itu sekitar 300 ribu. Artinya ada 1 juta warga yang dulu dinyatakan MBR tidak dinyatakan gamis," katanya, Rabu (13/12)
Menurut Imam hal ini kurang masuk akal, karena pihaknya kerap merima laporan dari masyarakat. Mereka minta bantuan seperti tebusan ijazah, bantuan pekerjaan akibat PHK, dan bantuan biaya lainnya.
"Namun kok malah sebaliknya, angka keluarga miskin dinyatakan tinggal 74 ribu," katanya.
Baca Juga: 2025 Surabaya Siap Jalankan Program Makan Bergizi Gratis
Maka dari itu, dia mengimbau dilakukan riset kepada masyarakat tidak mampu di Surabaya.
"Coba dibuat survei kepada seluruh masyarakat Surabaya. Apakah datanya sudah memuaskan atau tidak. Karena itu dengan kriteria yang baru menurut saya Komisi D minta dievaluasi dan mempertanyakan jumlah miskin yang 74 ribu," pungkasnya.
Editor : Redaksi