TULUNGAGUNG – Kurang dari sepekan menjelang Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada 6 Juni 2025, wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) kembali merebak di sejumlah wilayah Jawa Timur. Salah satunya di Kabupaten Tulungagung, yang hingga kini masih menutup seluruh lokasi penjualan hewan kurban.
Penutupan pasar hewan tersebut diakui oleh Cavin, seorang peternak sapi dan kambing asal Tulungagung. Ia mengatakan, seluruh pasar hewan di wilayahnya baik yang berada di kota maupun desa telah ditutup sejak awal Mei dan hingga kini belum ada kejelasan kapan akan dibuka kembali.
Baca Juga: Komisi B DPRD Jatim Rekomendasikan Langkah Strategis Antisipasi PMK
“Padahal kurang satu minggu, tapi pasar-pasar di Tulungagung baik yang ada di kota maupun di desa-desa ditutup semua, Mas, karena masih ada PMK,” ujarnya melalui sambungan telepon, Sabtu (31/5).
Cavin menyebut dampak dari penutupan tersebut sangat dirasakan oleh peternak. Harga jual sapi dan kambing anjlok drastis, bahkan jauh di bawah harga normal menjelang hari kurban.
“Kita mengalami kerugian besar, Mas, akibat PMK. Harga jual bisa turun dari harga normal. Biasanya kambing bisa dijual Rp3,5 juta, sekarang bisa jadi Rp2 juta,” keluhnya.
Baca Juga: Jawa Timur Status Darurat PMK!
Ia juga menyoroti kinerja Dinas Peternakan dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dinilainya tidak sigap menangani wabah PMK. Menurutnya, kejadian ini semestinya tidak terulang jika pemerintah belajar dari pengalaman tahun lalu.
“Apa pemerintah itu tidak bekerja ya, Mas? Seharusnya mereka bisa belajar dari pengalaman tahun kemarin untuk antisipasi sekarang supaya tidak terulang,” katanya dengan nada geram.
Baca Juga: PPSDS Jatim Desak Pemerintah Umumkan Jawa Timur Darurat PMK
Cavin berharap pemerintah segera turun langsung menangani penyebaran PMK dan menstabilkan harga hewan kurban di wilayahnya.
“Ya, kita orang kecil cuma berharap seperti itu, Mas. Kita berharap pemerintah tidak tebar pesona di media saja,” tutupnya.
Editor : Redaksi